2024-03-28T09:20:51Z
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/oai
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/53
2020-07-09T02:42:42Z
diglosia:ART
ANALISIS TINDAK TUTUR PADA IKLAN Xl bebas DI TABLOID PULSA
Fitriana, Irta
AbstrakMembuat iklan sama halnya dengan melakukan komunikasi kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan prinsip Pragmatik, dimana inti dari sebuah komunikasi adalah tersampainya pesan dengan baik. Penelitian ini memilih iklan XL bebas yang diambil dari tabloid PULSA sebagai objek kajian. Iklan ini akan dianalisis dari segi speech act (Locution, Illocution, Perlocution), berdasarkan teori Austen/Searle dan analisis copywriting. Dari hasil analisis, disimpulkan bahwa pesan iklan memiliki maksud tersendiri yakni respektif respon dari pembaca. Selain itu elemen copywriting juga sangat menentukan dalam menuliskan pesan iklan guna menarik perhatian pembaca. keywords: speech act, locution, illocution, perlocution, advertisement, copywriting,  Abstract Creating an ad is similar to conduct a communication. This is in line with the principle of Pragmatics that is transmitting a message. This study chose XL ads as the objects of study taken from PULSA tabloid. These ads will be analyzed in terms of Speech Act (Locution, Illocution, Perlocution), based on Austen / Searle and copywriting analysis. From the analysis, it is concluded that the ad messages have its own purpose namely respective responses from readers. In addition, elements of copywriting are also crucial to attract readers. key words: speech act, locution, illocution, perlocution, advertisement, copywriting
Unipdu Jombang
2018-07-29
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/53
10.26594/diglossia.v1i1.53
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 1 (2009): September
Diglossia; Vol 1 No 1 (2009): September
2528-6897
2085-8612
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/61
2020-07-09T02:41:07Z
diglosia:ART
PENGGUNAAN BAHASA RAGAM PRIA DANSEIGO OLEH TOKOH-TOKOH UTAMA WANITA DALAM KOMIK CHIBI MARUKO CHAN KARYA MOMOKO SAKURA
Laili, Nurul
Nurul Laili Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulumdekiru_22@yahoo.com  Abstrak Bahasa Jepang memiliki karakteristik tertentu yang digunakan dalam setiap percakapan. Mereka adalah huruf, kosa kata, sistem pengucapan, tata bahasa dan varian bahasa (termasuk faktor jenis kelamin pembicara). Tulisan ini dimaksudkan untuk mengeksplorasi varian bahasa kelamin laki-laki (Danseigo). Danseigo berarti bahasa yang digunakan identik dengan jenis kelamin (pria dan wanita). Hal ini dapat dilihat dari topik yang bisa diceritakan, kosa kata dan situasi. Penelitian ini mengeksplorasi Danseigo digunakan oleh Chibi Maruko Chan sebagai wanita dari karakter utama di Chibi Maruko Chan komik. Hasil analisis menunjukkan bahwa situasi adalah faktor dominan yang mempengaruhi penggunaan Danseigo oleh Chibi Maruko Chan. kata kunci: danseigo, bahasa gender, varian bahasa   Abstract Japanese language has certain characteristics that are used in every conversation. They are letter, vocabulary, pronunciation system, grammatical and language variants (which includes the speaker’s sex factors). This paper is intended to explore the variants of male gender language (Danseigo). Danseigo means the language that identically used by gender (male and female). It can be seen from the topic to tell, dictions, and situation. This research explores the Danseigo used by Chibi Maruko Chan as the woman of the main character in Chibi Maruko Chan comics. The result of the analysis shows that situation is the dominant factors influencing the use of Danseigo by Chibi Maruko Chan. key words: danseigo, gender language, language variant
Unipdu Jombang
2010-09-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/61
10.26594/diglossia.v2i1.61
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 2 No. 1 (2010): September
Diglossia; Vol 2 No 1 (2010): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/61/165
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/65
2020-07-09T02:41:07Z
diglosia:ART
ANALISIS KESALAHAN URUTAN PENULISAN HURUF HIRAGANA PADA SISWA KELAS XI BAHASA DI MAN REJOSO JOMBANG TAHUN PELAJARAN 2008 – 2009
Setyawati, Siti Zaenab
Siti Zaenab Setiawati Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang joy_tea@yahoo.com Abstrak Dalam bahasa Jepang, ada 46 kata dalam Hiragana dan Katakana. Sebagian besar siswa sulit untuk menghafalkan kata- kata tersebut.. Hal ini tidak mengherankan karena mereka yang belajar bahasa Jepang memiliki kemampuan yang berbeda dalam hal menghafal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan siswa dalam menulis Hiragana dan Katakana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesalahan yang paling sering (terbanyak) adalah disebabkan oleh kesalahan urutan langkah penulisan Hiragana dan Katakana. kata kunci: kata, kesalahan, hiragana Abstract In Japanese language, there are 46 words of each Hiragana and Katakana. Most of the students had difficulty in memorizing them. It is not surprising because they who learn Japanese language have different ability of memorizing. This research is aimed at analyzing the students’ errors in writing Hiragana and Katakana. The result of research shows that most errors are caused by disordering of steps of writing Hiragana and Katakana. key words: words, mistake, hiragana
Unipdu Jombang
2010-09-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/65
10.26594/diglossia.v2i1.65
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 2 No. 1 (2010): September
Diglossia; Vol 2 No 1 (2010): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/65/167
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/66
2020-07-09T02:41:07Z
diglosia:ART
SOME REFLECTIONS TOWARDS LANGUAGE LEARNING
Purwanto, Widodo
Widodo Purwanto SMPN 2 Gudo Jombang diglossiafbs@gmail.com  Abstract Language is something that is essential for human life, including English. If the first language learned from childhood and obtained directly from the parents by nature, English is different. English is introduced when they learn at schools. The very common difference found is grammar problems. In this paper, the authors convey the things that relate to teaching English in Indonesia as a whole including grammar, standard language, teaching grammar, and the last is pragmatic in the context of learning English in Indonesia. Everything is analyzed and accompanied by a reflection based on empirical experience of the authors who are practitioners in teaching English. key words: language learning, reflection Abstrak Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia, termasuk Bahasa Inggris. Jika bahasa pertama dipelajari sejak kanak-kanak dan didapat langsung dari kedua orangtuanya secara alamiah, berbeda dengan Bahasa Inggris. Bahasa Inggris dikenalkan saat mereka belajar di sekolah. Perbedaan yang sangat umum ditemukan adalah permasalahan tata bahasa. Dalam tulisan ini, penulis menyampaikan hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia secara menyeluruh. Diantaranya adalah mengenai bahasa, tata bahasa, bahasa baku, pengajaran tata bahasa, dan yang terakhir adalah pragmatis dalam konteks pembelajaran bahasa Inggris di Indonesia. Semuanya dianalisa dan disertai dengan refleksi berdasarkan pengalaman empiris penulis yang merupakan praktisi dalam pengajaran bahasa Inggris. kata kunci: pembelajaran bahasa, refleksi
Unipdu Jombang
2010-09-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/66
10.26594/diglossia.v2i1.66
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 2 No. 1 (2010): September
Diglossia; Vol 2 No 1 (2010): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/66/169
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/67
2020-07-09T02:41:07Z
diglosia:ART
PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA JEPANG DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN SIKLUS(SIKLUS BELAJAR) PADA SISWA KELAS XI-IA3 SMAN 1 PROBOLINGGO TAHUN AJARAN 2009-2010
Soefiyanti, Yenny
Yenny Soefiyanti Universitas Pesantren Tinggi Darul U’lum Jombang soefiyantiyenny@yahoo.com Abstrak Proses belajar bahasa Jepang memerlukan metode yang efektif untuk memberikan dampak positif pada para siswa dan guru. Guru sebagai pendidik harus kreatif dalam memilih dan menerapkan metode pengajaran yang sukses. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa asing, terutama bahasa Jepang akan lebih bermakna dan menarik ketika para pendidik menggunakan strategi pembelajaran yang efektif. Tulisan ini akan membahas tentang manfaat dari metode siklus belajar sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang bagi siswa pada umumnya dan guru khususnya. kata kunci: siklus belajar Abstract The process of learning Japanese required an effective method to provide a positive impact on both students and teachers. Teacher as educators has to be creative in selecting and applying a method for successful teaching. Therefore, the learning of foreign languages, especially Japanese language would be more meaningful and attractive when the educators use an effective learning strategy. This paper will discuss about the benefits of the learning cycle method as efforts to increase Japanese speaking ability for students and teachers. key word: learning cycle
Unipdu Jombang
2010-09-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/67
10.26594/diglossia.v2i1.67
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 2 No. 1 (2010): September
Diglossia; Vol 2 No 1 (2010): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/67/168
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/69
2020-07-09T02:41:07Z
diglosia:ART
SPEECH-ACT ANALYSIS OF XL Bebas ADVERTISEMENTS IN PULSA TABLOID
Fitriana, Irta
Irta Fitriana University of Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang luvmarch19@yahoo.co.id  Abstract Creating an ad is similar to conduct a communication. This is in line with the principle of Pragmatics that is transmitting a message. This study chose XL ads as the objects of study taken from PULSA tabloid. These ads will be analyzed in terms of Speech Act (Locution, Illocution, Perlocution), based on Austen / Searle and copywriting analysis. From the analysis, it is concluded that the ad messages have its own purpose namely respective responses from readers. In addition, elements of copywriting are also crucial to attract readers. key words: speech act, advertisement, copywriting Abstrak Membuat iklan sama halnya dengan melakukan komunikasi kepada orang lain. Hal ini sejalan dengan prinsip Pragmatik, dimana inti dari sebuah komunikasi adalah tersampainya pesan dengan baik. Penelitian ini memilih iklan XL bebas yang diambil dari tabloid PULSA sebagai objek kajian. Iklan ini akan dianalisis dari segi speech act (Locution, Illocution, Perlocution), berdasarkan teori Austen/Searle dan analisis copywriting. Dari hasil analisis, disimpulkan bahwa pesan iklan memiliki maksud tersendiri yakni respektif respon dari pembaca. Selain itu elemen copywriting juga sangat menentukan dalam menuliskan pesan iklan guna menarik perhatian pembaca. kata kunci: tindak tutur, iklan, penulisan iklan
Unipdu Jombang
2010-09-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/69
10.26594/diglossia.v2i1.69
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 2 No. 1 (2010): September
Diglossia; Vol 2 No 1 (2010): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/69/166
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/70
2020-07-09T02:35:22Z
diglosia:ART
MENGGUGAT ETIKA JAWA DALAM NOVEL DONYANE WONG CULIKA KARYA SUPARTO BRATA
D, Jupriono
HS, Soekarno
D. Jupriono[1] Soekarno Hs.[2] Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya diglossiafbs@gmail.com Abstrak Nilai-nilai etika Jawa direpresentasikan dalam novel karya Suparto Brata, Donyane Wong Culika (2004) adalah prinsip-prinsip menjaga dan memelihara keserasian sosial melalui toleransi, rasa hormat, malu, salut (sungkan), oleh ambisi menekan dan kepentingan pribadi. Representasi nilai-nilai etika Jawa dalam novel ini juga rusak oleh massa serta (bangsawan) priyayi, pejabat, orang-orang kerajaan. Melalui ilustrasi karakter dan perilaku karakter 'dalam novel ini, sebenarnya Suparto Brata protes dengan etika Jawa yang diklaim lebih terhormat karena dalam novel ini membuktikan bahwa massa serta priyayi melakukan urusan tipu dan cinta.kata kunci: sosiologi sastra, pendekatan moral-filosofis, etika jawa, harmoni   Abstract Javanese ethic values represented in the novel by Suparto Brata, Donyane Wong Culika (2004), are the principles of keeping and maintaining the social harmony through tolerance, respect, ashamed, salute (sungkan), by suppressing ambition and personal interest. The representation of Javanese ethic values in this novel is also broken by the masses as well as priyayi (aristocrat), officials, royal people. Through character illustration and characters’ behavior in this novel, actually Suparto Brata protests to Javanese ethics which are claimed to be more honored since in this novel it proves that the masses as well as priyayi do deceitfulness and love affairs. key words: sociology of literarature, moral-phlosophical approach, javanese ethics, harmony [1] Drs. D. Jupriono, M.Si., peminat kajian kebudayaan Jawa; mengajar mata kuliah filsafat Sejarah Pemikiran Modern pada Fakultas Sastra, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya; aktif di Pusat Penelitian Sastra dan Strategi Kebudayaan (PPSSK), LPPKM, Untag Surabaya.  [2] Dr. Drs. H. Soekarno Hs., M.Si., peminat kajian etika sosial, pengajar mata kuliah Dasar-dasar Filsafat (DDF), Etika, dan Logika, sekaligus Dekan Fakultas Sastra, Untag Surabaya; serta dosen S2-S3 Program Studi Kebijakan Publik, Program Pascasarjana, Untag Surabaya. Â
Unipdu Jombang
2011-09-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/70
10.26594/diglossia.v3i1.70
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 3 No. 1 (2011): September
Diglossia; Vol 3 No 1 (2011): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/70/171
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/71
2020-07-09T02:35:22Z
diglosia:ART
YOGA PADA PANCATANTRA INDIA DAN KALADESA PADA TANTRI KAMANDAKA JAWA KUNO: KAJIAN SASTRA BANDINGAN
Andayani, Ambar
Ambar Andayani Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya diglossiafbs@gmail.com  Abstrak India Pancatantra adalah pola dasar dari Tantri Kamandaka Jawa kuno, Laos dan Siam Tantrai Tanthai. Penelitian ini bertujuan membandingkan antara Pancatantra dan Tantri Kamandaka yang berasal dari dua negara di benua yang sama, Asia, dan dari periode yang berbeda (200 SM dan 1200 ini). Studi sastra komparatif menunjukkan bahwa kedua karya ini menghasilkan warna lokal. Warna-warna lokal dianalisis dengan motif Thompson dan itu semiotik Riffaterre yang dilakukan oleh tingkat heuristik dan hermeneutik. Melalui aplikasi interpretasi dan sastra interdisipliner, simbol-simbol yang ditemukan dalam cerita rakyat dijelaskan. Perbandingan dari kedua dongeng mencapai makna otentik, memodifikasi "Sebuah Louse dan A Bug" di Indian Pancatantra Yoga dan "Louse A dan A Bug" di Tantri Kamandaka Jawa kuno yang menceritakan tentang Kaladesa. Akhirnya transformasi dari yoga ke kaladesa diselidiki dengan konsep akulturasi. kata kunci: sastra komparatif, motif, simbol, yoga  Abstract Indian Pancatantra is the archetype of Old Javanese Tantri Kamandaka, Laos Tantrai and Siam Tanthai. This research wants to compare between Pancatantra and Tantri Kamandaka which comes from two different countries in the same continent, Asia, and from different periods (200 BC and 1200’s). This comparative literary study shows that they produce local colors. These local colors are analyzed with Thompson’s motif and Riffaterre’s semiotic which is conducted by heuristic and hermeneutic levels. Through the applications of interpretation and interdisciplinary literature, the symbols found in the folktales are explained. The comparison of both fables achieves the authentic meanings, “A Louse and A Bug†in Indian Pancatantra modifies Yoga and “A Louse and A Bug†in Old Javanese Tantri Kamandaka tells about Kaladesa. Finally the transformation from yoga into kaladesa is investigated with the concept of acculturation. key words: comparative literature, motive, symbol, yoga Â
Unipdu Jombang
2011-09-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/71
10.26594/diglossia.v3i1.71
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 3 No. 1 (2011): September
Diglossia; Vol 3 No 1 (2011): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/71/54
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/72
2020-07-09T02:35:22Z
diglosia:ART
DAMPAK PARADIGMA DESKRIPTIF DAN PARADIGMA KRITIS DALAM PENGAJARAN TERHADAP LINGUISTIK KARAKTER MAHASISWA
Jupriono, D
D. Jupriono Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya diglossiafbs@gmail.com  Abstrak Selama lebih dari 50 tahun, mengajar linguistik di Indonesia telah didominasi dengan paradigma deskriptif, yang hanya menekankan pada sistem linguistik atau bahkan tata bahasa saja. Paradigma deskriptif memang menempatkan bahasa sebagai objek yang otonom, netral, dan terisolasi dari masyarakat. Selanjutnya, apa karakteristik dari paradigma deskriptif dalam pengajaran bahasa? Bagaimana dampak terhadap bangunan mahasiswa karakter? Apa paradigma yang mampu untuk menangani kekurangan yang disebabkan oleh implementasi paradigma deskriptif? Jika linguistik paradigma kritis dianggap lebih baik, apa karakteristik? Bagaimana dampak pelaksanaan paradigma kritis dalam pengajaran bahasa terhadap karakter siswa? Pembahasan ini adalah pada pendekatan kualitatif-kritis. Desain diterapkan untuk mempelajari dampak dari paradigma deskriptif dan kritis dalam pengajaran bahasa terhadap karakter siswa adalah analisis wacana kritis (CDA). Hasil dari penelitian ini adalah pertama, paradigma deskriptif dalam pengajaran bahasa menumpulkan kesadaran siswa untuk masalah-masalah sosial; paradigma deskriptif hanya akan melahirkan siswa yang memiliki karakter tanggung jawab egois, apatis dan tidak ada masalah sosial, kedua, untuk membangun karakter mahasiswa yang peduli masyarakat dan memiliki kesadaran kritis, pengajaran bahasa harus memiliki paradigma kritis. Dengan paradigma kritis, kuliah linguistik akan mengangkat teks wacana aktual masalah sosial (ketidakadilan, ketimpangan, hubungan dominasi-subordinasi antara kelompok-kelompok, dll). kata kunci: pengajaran bahasa, paradigma deskriptif, paradigma kritis, analisis wacana kritis  Abstract For more than 50 years the linguistic teaching in Indonesia has been dominated with descriptive paradigm, which merely focuses on linguistic system or even only grammar. Descriptive paradigm indeed places language as an object which is autonomous, neutral, and isolated from society. Next, what are the characteristics of descriptive paradigm in linguistic teaching? How is the impact toward student character building? What paradigm which is capable to handle the lacks caused by descriptive paradigm implementation? If the critical paradigm linguistic is considered better, what are the characteristics? How is the impact of critical paradigm implementation in linguistic teaching toward student character? The discussion is on the qualitative-critical approach. The design applied to study the impact of descriptive and critical paradigm in linguistic teaching toward student character is critical discourse analysis (CDA). The results of this research are firstly, descriptive paradigm in linguistic teaching blunts student awareness to social problems; descriptive paradigm will only bear students which have character of selfish, apathetic and no responsibility to social problems, secondly, to build student character which cares of society and has critical awareness, linguistic teaching should have critical paradigm. With critical paradigm, linguistic lectures will lift up actual discourse texts of social problems (unfairness, lameness, relation of domination-subordination between groups, etc.). key words: linguistic teaching, descriptive paradigm, critical paradigm, critical discourse analysis
Unipdu Jombang
2011-09-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/72
10.26594/diglossia.v3i1.72
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 3 No. 1 (2011): September
Diglossia; Vol 3 No 1 (2011): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/72/173
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/73
2020-07-09T02:35:22Z
diglosia:ART
THE STUDIES OF THE BILDUNGSROMAN HERMAN HESSE'S DEMIAN IN AND CHARLES DICKENS' DAVID COPPERFIELD
Supriyatno, M
Supriyatno Unisda Lamongan diglossiafbs@gmail.com Abstrak Bildungsroman play an important role in the literary movement. Its role is centered on the development of the central character or education. Bildungsroman novels aimed at guiding the reader to greater personal enrichment on an adventure of the protagonist from youth to adulthood. Charles Dickens is known as one of the writers who focus on the development of the central character or education. One of his best works are David Copperfield. David Copperfield David Copperfield describes life as the main character in the story, from childhood to adulthood. Another writer Herman Hesse's attention to the way the character of emotional maturity. Demian is a work that describes the search Demian Hesse, the main character, to the emotional maturity of his life. Therefore, this study will be studied by using the characteristics of the Bildungsroman in David Copperfield and Demian. key words: bildungsroman, protagonist, personality development  Abstrak Bildungsroman berperan penting dalam gerakan sastra. Peranannya berpusat pada pengembangan atau pendidikan karakter sentral. Novel Bildungsroman bertujuan membimbing pembaca untuk pengayaan pribadi yang lebih besar pada petualangan protagonis dari masa muda hingga dewasa. Charles Dickens dikenal sebagai salah satu penulis yang perhatian pada pengembangan atau pendidikan karakter sentral. Salah satu karya terbaiknya adalah David Copperfield. David Copperfield menggambarkan tentang kehidupan David Copperfield sebagai karakter utama dalam cerita, dari masa kanak-kanak sampai dewasa. Herman Hesse penulis lain yang perhatian pada perjalanan kematangan emosi karakter. Demian adalah karya Hesse yang menggambarkan pencarian Demian, karakter utama, untuk kematangan emosional dalam hidupnya. Oleh karena itu, penelitian ini akan dipelajari dengan menggunakan karakteristik Bildungsroman pada novel David Copperfield dan Demian. kata Kunci: Bildungsroman, protagonist, personality development Â
Unipdu Jombang
2011-09-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/73
10.26594/diglossia.v3i1.73
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 3 No. 1 (2011): September
Diglossia; Vol 3 No 1 (2011): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/73/174
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/75
2020-07-09T02:35:22Z
diglosia:ART
JUDI YANG MENCANDU DALAM NOVEL ‘THE GAMBLER’ KARYA FYODOR DOSTOEVSKY
Fanani, Achmad
Achmad Fanani Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang akufanani@gmail.com Abstrak The Gambler adalah sebuah novel yang ditulis oleh Fyodor Dostoevsky tentang seorang guru muda yang bekerja di keluarga seorang jenderal Rusia yang pernah menjadi orang kaya. Novel ini, seperti dapat dilihat dalam novel back-cover, adalah refleksi dari kecanduan ke penulis judi rolet. Dostoevsky menyelesaikan penulisan novel ini dalam batas waktu yang sangat singkat sehingga ia dapat melunasi utang judi. Adapun tokoh utama dalam novel The Gambler, Alexei Ivanovich, dapat dikategorikan sebagai seorang pathological gambler. Hal ini dikarenakan dia memenuhi paling tidak 5 dari 10 karakteristik seorang pathological gambler yaitu preoccupation (terobsesi dengan perjudian), tolerance (meningkatkan jumlah taruhan), escape (sebagai bentuk pelarian), chasing (selalu berusaha memenangkan kembali apa yang kalah), loss of control (kehilangan kontrol diri), dan bailout (dan mengandalkan uang dari orang lain). kata kunci: penjudi, perjudian, kecanduan    Abstract The Gambler is a novel written by Fyodor Dostoevsky about a young teacher who worked in the family of a Russian general who was once a wealthy man. This novel, as can be seen in the back-cover of the novel, is a reflection of the author’s addiction to roulette, Dostoevsky completed the writing of this novel in a very short deadline so that he could pay off his gambling debts. The main character of this novel, Alexei Ivanovixh, can be categorized as a pathological gambler. He meets at least five out of ten characteristics of a pathological gambler: preoccupation, tolerance, escape, chasing, loss of control, and bailout. key words: gambler, gambling, addicted Â
Unipdu Jombang
2011-09-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/75
10.26594/diglossia.v3i1.75
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 3 No. 1 (2011): September
Diglossia; Vol 3 No 1 (2011): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/75/175
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/76
2020-07-09T02:41:07Z
diglosia:ART
IDEOLOGI PENERJEMAHAN DAN PENERJEMAHAN IDEOLOGI
Prasetyani, Nuning Yudhi
Nuning Yudhi Prasetyani Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombangningdibyo@gmail.com  Abstrak Studi penerjemahan dari sudut ideologi telah membuat lebih banyak ruang bagi kita. Terjemahan perlu dikaji dalam kaitannya dengan masyarakat, sejarah dan budaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerjemahan tidak hanya bahasa, tetapi juga transmisi ideologi antar bangsa dan negara. Makalah ini memperlihatkan keterlibatan ideologi dalam penerjemahan. Ideologi memainkan peranan penting dalam praktek terjemahan, namun penerjemahan hanya menerima pengaruh dari ideologi sampai batas tertentu, atau relatif. Selain itu, standar tekstualitas harus dibayar oleh penerjemah karena memiliki nilai yang besar untuk menentukan kepada siapa, dimana, kapan, dan bagaimana teks diterjemahkan. kata kunci: penerjemahan, ideologi Abstract Translation studies from ideological angle have made more space for us. Translation needs to be studied in connection with society, history and culture. The factors that influence translation are not only language, but also transmission of ideology between different nations and countries. This paper exposes the interference of ideology in translation. Ideology plays an important role in translation practice, but translation only receives influences from ideology to a certain extent, or relatively. In addition, standard of textuality has to be paid by a translator since it has great value to determine to whom, where, when, and how the text translated. key words: translation, ideology Â
Unipdu Jombang
2010-09-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/76
10.26594/diglossia.v2i1.76
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 2 No. 1 (2010): September
Diglossia; Vol 2 No 1 (2010): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/76/170
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/77
2020-07-09T02:42:04Z
diglosia:ART
PENERJEMAH DAN PENELITIAN TERJEMAHAN
Suciati, Endang
Endang Suciati Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombang endangsuciati24@gmail.comAbstrak Terjemahan didefinisikan sebagai proses transfer bahasa (bahasa sumber) ke dalam bahasa lain (bahasa sasaran). Proses transfer bahasa dilakukan oleh penerjemah. Dalam proses pengalihan bahasa ini, penerjemah harus memiliki kriteria sebagai penerjemah baik untuk mendapatkan hasil terjemahan yang baik juga. Namun, terkadang ada hasil terjemahan yang tidak akurat (transfer bahasa tidak tepat) sehingga masih diperlukan penelitian mengenai penerjemahan. kata kunci: penerjemah, terjemahan Abstract Translation is defined as a process of transfer of a language (source language) into another language (target language). The process of language transfer is performed by a translator. In the process of transferring languages, a translator must have the criteria as a good translator in order to obtain good translation results. However, there are still sometimes the results of translation that cannot convey the expected language transmission, so that the translation researches must be conducted. key words: translator, translations
Unipdu Jombang
2010-04-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/77
10.26594/diglossia.v1i2.77
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 2 (2010): April
Diglossia; Vol 1 No 2 (2010): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/77/177
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/78
2020-07-09T02:42:04Z
diglosia:ART
ENGLISH PHONETICS AND ENGLISH TEACHERS
Fachrudin, M
Fahrudin MA Assulaimaniyah Mojoagung diglossiafbs@gmail.com Abstract In the teaching and learning of English, English phonetics, as a part of linguistics, seems to be neglected. When students want to learn English, they will have to learn to pronounce it. They also have to try to speak in the way the English native speakers. This can be achieved by closely imitating and mimicking them untirelesly until their pronunciation is satisfactory and acceptable. Because of the fact that they could hardly find the native speakers, they tend to imitate their teachers’ pronunciations. Different elements found between their language and the target language is believed to be the causes of the difficulties in pronunciation. Therefore, understanding and applying English phonetics in the teaching and learning of English for English teachers are absolutely important. key words: phonetics, English teachers   Abstrak Dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris, Inggris fonetik, sebagai bagian dari linguistik, tampaknya telah diabaikan. Ketika siswa ingin belajar bahasa Inggris, mereka harus belajar untuk melafalkannya. Mereka tentu juga harus mencoba untuk berbicara seperti halnya penutur asli bahasa Inggris. Hal ini dapat dicapai dengan meniru dan meniru sampai pengucapan mereka memuaskan dan dapat diterima. Pada kenyataannya, mereka hampir tidak bisa menemukan penutur asli, mereka cenderung meniru pengucapan guru mereka. Elemen yang berbeda ditemukan antara bahasa mereka dan bahasa target diyakini menjadi penyebab kesulitan dalam pengucapan. Oleh karena itu, memahami dan menerapkan fonetik bahasa Inggris dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris untuk guru bahasa Inggris adalah benar-benar penting dan sangat diperlukan. kata kunci: fonetik, guru bahasa Inggris
Unipdu Jombang
2012-05-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/78
10.26594/diglossia.v1i2.78
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 2 (2010): April
Diglossia; Vol 1 No 2 (2010): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/78/178
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/79
2020-07-09T02:42:04Z
diglosia:ART
TOKUSUKE’S TENDENCY OF MASOCHISM AS REFLECTED IN JUNICHIRO TANIZAKI’S DIARY OF A MAD OLD MAN
Fanani, Achmad
Achmad Fanani University of Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombangakufanani@gmail.com Abstract Seventy-seven-year-old Tokusuke, a retired businessman, is the protagonist and diarist of this book. Various aches and pains plague him, but his spirits are buoyed by a growing erotic obsession with his daughter-in-law, Satsuko, a former nightclub dancer married to his workaholic son. She carelessly flirts with Tokusuke off and on. This short novel alternates between descriptions of our hero's haggling with the medical establishment and various medicines, fights with his wife and family, and encounters with Satsu. Considering some facts of his sexual behaviors it can be said that Tokusuke has a tendency of masochism. He has high sexual urges that last at least about six months. He also finds pleasure from being humiliated either physically or psychologically by beautiful women (Satsuko) whose character is bad for the compensation of sexual excitement. All these characteristics relate to the signs of masochism. key words: Masochism, sexual excitement   Abstrak Tokusuke, pria berusia tujuh puluh tujuh tahun merupakan seorang pengusaha yang sudah pensiun. Dia adalah protagonis dan penulis buku Diary of A Mad Old Man. Meskipun berbagai penderitaan kerap menghampiri, akan tetapi semangatnya tetap berkobar oleh obsesi erotis terhadap menantunya, Satsuko, mantan penari hiburan malam, yang menikah dengan anaknya. Dia sering menggoda Tokusuke. Novel pendek ini bergantian menceritakan tentang petarungan Tokusuke dengan penyakitnya, pertengkaran dengan istri dan keluarganya, dan pertemuannya dengan Satsu. Melihat beberapa kenyataan tentang perilaku seksualnya, bisa dikatakan bahwa Tokusuke memiliki kecenderungan sebagai seorang masokis. Dia memiliki dorongan seksual yang kuat yang berlangsung selama 6 bulan berturut-turut. Dia juga senang disakiti baik secara fisik maupun mental oleh wanita cantik (Satsuko) yang memiliki karakter jelek dengan kompensasi kesenangan seksual. Semua karakter ini berkaitan dengan karakteristik seorang masokis. kata kunci: Masosisme, kesenangan seksual
Unipdu Jombang
2010-04-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/79
10.26594/diglossia.v1i2.79
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 2 (2010): April
Diglossia; Vol 1 No 2 (2010): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/79/179
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/80
2020-07-09T02:35:22Z
diglosia:ART
PERBANDINGAN MITOS YANG TERDAPAT PADA LEGENDA KO-SODATE YUUREI (JEPANG) DAN LEGENDA KUNTILANAK (INDONESIA): KAJIAN SASTRA BANDINGAN
Bravianingrum, Diessy Hermawati
Diessy Hermawati Bravianingrum Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombang cc_dizzy@yahoo.com  Abstrak Mitos adalah bentuk warisan cerita tertentu dari tradisi lisan yang dapat diinterpretasikan dalam urutan simbolis semesta alam atau ketertiban umum. Legenda (Kosodate Yuurei) (Jepang) dan Kuntilanak (Indonesia) memiliki simbol yang sama dan digambarkan dalam bentuk serupa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Jepang dan Indonesia 1) jenis yang terkandung dalam mitos kedua adalah mitos legenda simbolis. 2) Persepsi tentang legenda Jepang (Ko-sodate Yuurei) adalah positif, dan opini publik terhadap legenda Kuntilanak Indonesia adalah negatif. kata kunci: mitos, legenda dan forklor  Abstract Myth is an inherited form of certain stories from oral tradition that can be interpreted in a symbolic order of the Worlds or the public order. Legend (Kosodate Yuurei) (Japan) and Kuntilanak (Indonesia) has the same symbols and depicted in a similar form. The results of this study indicate that the Japanese society and Indonesia are 1) the type contained in the second myth is the myth symbolic legend. 2) Perceptions of Japan's legend (Ko-sodate Yuurei) is positive, and public opinion against the legend Kuntilanak Indonesia is negative. key words: myth, legend and forklor
Unipdu Jombang
2011-09-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/80
10.26594/diglossia.v3i1.80
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 3 No. 1 (2011): September
Diglossia; Vol 3 No 1 (2011): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/80/176
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/81
2020-07-09T02:42:04Z
diglosia:ART
PENERJEMAHAN TEKS ILMIAH
Prasetyani, Nuning Yudhi
Nuning Yudhi Prasetyani Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombangningdibyo@gmail.com Abstrak Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui sasaran utama dalam menguasai bahasa asing di Indonesia untuk memiliki pemahaman yang lebih baik dalam mentransfer teknologi. Sebenarnya, selain mengajar bahasa asing, ada cara dalam meningkatkan dan mempercepat transfer ilmiah teknologi, yaitu dengan menerjemahkan teks ilmiah bahasa asing ke bahasa Indonesia. kata kunci: transfer teknologi, teks ilmiah Abstract The purpose of this paper is to reveal the main target in mastering foreign language in Indonesia to have a better understanding in transfer of technology. Actually, besides foreign language teaching, there is a way in increasing and accelerating the scientific transfer of technology that is, translating English scientific text into Indonesian. key words: transfer of technology, scientific text
Unipdu Jombang
2010-04-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/81
10.26594/diglossia.v1i2.81
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 2 (2010): April
Diglossia; Vol 1 No 2 (2010): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/81/180
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/82
2020-07-09T02:42:04Z
diglosia:ART
KAJIAN INTERTEKSTUALITAS DALAM THOUSAND SPLENDID SUNS KARYA KHALED HOSSEINI TERHADAP PUISI KABUL KARYA SAIB-E-TABRIZI
Putri, Trikaloka Handayani
Trikaloka Handayani Putri Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombang princessnaura@gmail.com  Abstrak Teks tidak dapat dipisahkan dari konteks budaya dan sejarah. Dengan demikian, tidak ada teks yang asli dan unik di dalam teks itu sendiri. Konsep ini telah diadopsi oleh kritik intertekstual untuk mendapatkan arti sebenarnya dari sebuah teks. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui intertekstualitas dari sebuah novel berjudul A Thousand Splendid Suns oleh Khaled Hosseini di puisi Kabul oleh Saib-e-Tabrizi. Khaled Hosseini menggunakan puisi Kabul dalam karyanya yang berjudul A Thousand Splendid Suns. Apa yang membuat penelitian ini menarik adalah cara Hosseini menjelaskan Kabul. Hasil dari penelitian ini adalah Kabul di A Thousand Splendid Suns digambarkan sebagai tempat yang penuh dengan kesedihan. Sementara Kabul dalam pikiran Saib-e-Tabrizi adalah tempat yang indah penuh dengan sukacita dan kebahagiaan. Gambaran yang sangat berbeda dari Kabul membutuhkan studi lebih lanjut untuk mendapatkan arti yang sebenarnya. Itulah mengapa studi ini sangat menarik untuk dikaji. kata kunci: intertekstualitas, kritik intertekstual Abstract Any text cannot be separated from the cultural and historical context. Thus, no text is original and unique in itself. This concept has been adopted by the intertextual criticism to get the real meaning of a text. This study tries to find out the intertextuality of a novel entitled A Thousand Splendid Suns by Khaled Hosseini on a poetry Kabul by Saib-E-tabrizi. Khaled Hosseini used the poetry Kabul in his well known works A Thousand Splendid Suns . What makes this study is interesting is the way Hosseini describes Kabul. The result of this research is Kabul in A Thousand Splendid Suns is portrayed as a place which is full of sorrow. While Kabul in Saib-E-Tabrizi’s mind is a beautiful place which full of joy and happiness. This quite different picture of Kabul needs a further study to get the real meaning of those works. That is why this study is made. key words: intertextuality, intertextual criticism Â
Unipdu Jombang
2010-04-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/82
10.26594/diglossia.v1i2.82
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 2 (2010): April
Diglossia; Vol 1 No 2 (2010): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/82/182
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/83
2020-07-09T02:42:04Z
diglosia:ART
TEACHERS’ STRATEGIES TO ENHANCE STUDENTS’ LANGUAGE COMPETENCE
Qoyyimah, Uswatun
Uswatun Qoyyimah University of Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombang Usqyim@yahoo.com Abstract English is an important language to learn as it is widely used in science and technology. However, Indonesian educators found this language has not been mastered well although it is taught as the first foreign language at secondary schools. In spite of discussion on factors causing the unsuccessful teaching and learning process, the foremost factor affecting the student’s language competent is described in this article. It is argued that student’s motivation has positively instigated learning outcomes. Motivation among students is initiated by other factors, mainly teachers’ ability to organize the language classroom. Thus, this paper provides several ways the teachers should do to enhance their students’ competence like actively involve students in the learning and give feedback to students learning progress. key words: receptive skills, productive skills, Authentic Material   Abstrak Bahasa Inggris adalah bahasa yang penting untuk dpelajari karena sangat banyak digunakan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun, masih banyak pendidik bahasa di Indonesia yang belum menguasai bahasa Inggris dengan baik meskipun diajarkan sebagai bahasa asing pertama di sekolah menengah. Diantara banyaknya diskusi tentang faktor yang menyebabkan pengajaran dan proses belajar tidak berhasil, faktor terpenting yang mempengaruhi kompetensi bahasa seorang siswa akan dijelaskan dalam artikel ini. Dengan kata lain, motivasi siswa secara positif sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Motivasi siswa disebabkan oleh banyak faktor, yang paling utama adalah kemampuan guru untuk mengatur kelas. Dengan demikian, makalah ini memberikan beberapa cara para guru harus dilakukan untuk meningkatkan kompetensi siswa mereka seperti secara aktif melibatkan siswa dalam belajar dan memberikan umpan balik kepada siswa saat proses belajar berlangsung. kata kunci: keterampilan reseptif, kemampuan produktif, bahan otentik
Unipdu Jombang
2010-04-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/83
10.26594/diglossia.v1i2.83
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 2 (2010): April
Diglossia; Vol 1 No 2 (2010): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/83/183
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/84
2020-07-09T02:42:42Z
diglosia:ART
AN ERROR ANALYSIS ON SENTENCE STRUCTURE IN INDONESIA'S TRANSTOOL TRANSLATION INTO ENGLISH
Suciati, Endang
Endang Suciati University of Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombang endangsuciati24@gmail.com  Abstract Translation is defined as a process of transferring a language (source language) into another language (target language). Due regard to the text, the translation must have language compatibility between the source language and target language. However, in the process, there are sometimes some words, phrases or sentences that are not translated exactly. It means that the translations are not matched to the target language. In other words there is an error in translation. This study analyzes the structure of sentences translated from Indonesian into English through computer media namely transtool translation program. key words: transtool, error analysis Abstrak Penerjemahan diartikan sebagai suatu proses pengalihan suatu bahasa (bahasa sumber) ke bahasa lain (bahasa target). Karena berkenaan dengan teks, penerjemahan harus memiliki kesesuaian bahasa antara bahasa sumber dengan bahasa target. Namun dalam prosesnya kadang-kadang ada beberapa kata, frase atau kalimat yang tidak diterjemahkan secara tepat sesuai bahasa target. Dengan kata lain terjadi error dalam penerjemahan. Penelitian ini menganalisa struktur kalimat yang diterjemahkan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris melalui media computer: Trans Tool Translation Program. kata kunci: transtool, analisis kesalahan
Unipdu Jombang
2009-09-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/84
10.26594/diglossia.v1i1.84
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 1 (2009): September
Diglossia; Vol 1 No 1 (2009): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/84/184
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/86
2020-07-09T02:42:42Z
diglosia:ART
VARIABILITAS DALAM PENERJEMAHAN
Fanani, Achmad
Achmad Fanani Universitas Pesantren Tinggi Darul’Ulum Jombang akufanani@gmail.com  Abstrak Variabilitas dalam terjemahan mencakup bagaimana seorang penerjemah berkomitmen menempatkan diri sebagai penerjemah yang baik. Standar sebagai penerjemah baik itu ditentukan oleh kemampuannya dalam kompetensi bahasa, kompetensi penerjemahan, kompetensi tekstual, kompetensi mata pelajaran, kompetensi budaya dan transfer kompetensi. Terjemahan yang berbeda akan terjadi jika penerjemah mengabaikan lima elemen ini. Sehingga hasil penerjemahannya akan jauh keakuratan dan memiliki tingkat keterbacaan yang rendah. kata kunci: variabilitas, penerjemahan Abstract Variability in translation covers how an interpreter is committed to place himself as a good translator. The standard as a good translator is determined by his ability in mastering translation competences of a language, textual, subject, cultural competence and competencies of transferring languages. If a translator ignores one or all of these elements, the translation is failed. Thus, translations do not have accuracy and legibility (readability). key words: variability, translation Â
Unipdu Jombang
2009-09-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/86
10.26594/diglossia.v1i1.86
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 1 (2009): September
Diglossia; Vol 1 No 1 (2009): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/86/186
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/87
2020-07-09T02:42:42Z
diglosia:ART
ANALISIS WACANA LAGU CAMELIA KARYA EBIET G ADE: KAJIAN TEKSTUAL KONTEKS DAN SITUASI
Kurniawan, M
Kurniawan Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang awankurniawan@yahoo.com  Abstrak Camelia adalah lagu yang ditulis oleh Ebiet G Ade. Lagu ini sangat populer di tahun 1990an. Banyak orang menikmati lagu ini dari radio. Liriknya sangat indah dan memiliki ekspresi cinta yang sangat indah. Dalam menganalisis Lagu Ebiet G Ade yang berjudul Camelia ditemukan referensi termasuk referensi pesona, demonstratif komparatif, elipsis, substitusi dan konjungsi,. Sementara itu berdasarkan pada aspek leksikal ditemukan kolokasi pengulangan, sinonim, dan hiponim. Kata kunci: referensi demonstratif dan komparatif, tekstual konteks Abstract Camelia is a song composed by Ebiet G Ade. This song was very popular in 1990s. Many people enjoyed this song from radio. The lyrics are very beautiful and extremely full of lovely love expression. It is found out that Ebiet G Ade’s Song, entitled Camelia, contains a reference including enchantment reference demonstrative, comparative, ellipsis, substitution, and conjunctions. While based on the lexical aspect, repetition of collocation, synonym, and hyponym are found. key words: demonstrative and comparative reference,textual context
Unipdu Jombang
2009-09-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/87
10.26594/diglossia.v1i1.87
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 1 (2009): September
Diglossia; Vol 1 No 1 (2009): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/87/187
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/88
2020-07-09T02:42:42Z
diglosia:ART
PENERJEMAHAN DAN BUDAYA
Prasetyani, Nuning Yudhi
Nuning Yudhi Prasetyani Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang ningdibyo@gmail.com  Abstrak Penerjemahan tidak dapat dipisahkan dari budaya itu sendiri karena kedua hal ini memiliki hubungan yang erat. Bahasa akan membentuk budaya dan sebaliknya. Bahasa memiliki makna yang diwadahi oleh budaya sebagai tempat berkembangnya sebuah bahasa. Hal ini tidak dipungkiri bahwa penerjemah sering menemukan kesulitan dalam hal kesetaraan kata dalam menerjemahkan budaya. Jadi, seorang penerjemah harus menguasai kompetensi linguistik, kompetensi kultural, dan kompetensi strategis untuk menghindari terjemahan yang timpang (tidak sesuai dengan budaya bahasa target). kata kunci: terjemahan, budaya, kompetensi linguistik Abstract Translation cannot be separated from the culture as it has a tight relationship. A language will form the culture and vice versa. It has the meaning that is wrapped by the culture as its place. It is not denied that a translator often finds some difficulties in finding the right equivalence in translating culture. So, a translator must master linguistic, cultural, strategic competencies. key words: translation, culture, linguistic competence
Unipdu Jombang
2009-09-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/88
10.26594/diglossia.v1i1.88
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 1 (2009): September
Diglossia; Vol 1 No 1 (2009): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/88/188
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/89
2020-07-09T02:42:42Z
diglosia:ART
CHARLES DICKENS' VIEW OF THE INDUSTRIAL REVOLUTION AS REFLECTED IN HARD TIMES
Putri, Trikaloka Handayani
Trikaloka Handayani Putri University of Pesantren Tinggi Darul’ulum princess_naura@yahoo.com Abstract Literature represents the views of the author of this life, or certain ideas about life. In other words, the author was part of his work. Many authors consider the environment is likely to be used as an ingredient of literary writing. Of course, the authors include a view of social phenomena that occur in his work. Industrial Revolution is one of the major phenomena that occur in the UK that brings great change to society. Besejarah events portrayed very nicely by Charles Dickens, the novelist who also observers of social reform through his novel Hard Times. This study aims to determine the views of the Charles Dickens Industrial Revolution trough genetic structuralism approach. key words: society, view, phenomena   Abstrak Karya sastra merupakan pandangan seorang pengarang terhadap hidup ini atau ide-ide tertentu tentang kehidupan. Dengan kata lain, penulis adalah bagian dari karyanya. Banyak penulis menganggap lingkungan sangat mungkin untuk dijadikan suatu bahan penulisan karya sastra. Tentu saja, penulis menyertakan pandangan terhadap fenomena sosial yang terjadi di dalam karyanya. Revolusi Industri merupakan salah satu fenomena besar yang terjadi di Inggris yang membawa perubahan besar bagi masyarakatnya. Peristiwa besejarah digambarkan dengan sangat apik oleh Charles Dickens, seorang penulis novel yang juga pemerhati reformasi sosial melalui novelnya yang berjudul Hard Times. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan Charles Dickens tentang revolusi Industri melalui pendekatan strukturalisme genetik. kata kunci: masyarakat, pandangan, fenomena
Unipdu Jombang
2009-09-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/89
10.26594/diglossia.v1i1.89
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 1 (2009): September
Diglossia; Vol 1 No 1 (2009): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/89/189
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/90
2020-07-09T02:42:42Z
diglosia:ART
FACTORS CAUSING DIFFICULTIES IN PRACTICING COMMUNICATIVE LANGUAGE TEACHING
Qoyyimah, Uswatun
Uswatun Qoyyimah University of Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang Usqyim@yahoo.com  Abstract This article discusses about the implementation of Communicative Language Teaching (CLT) approach in English as a Foreign Language (EFL) context. Some believe CLT is a suitable approach to improve student’s communication. However, this article argues that the approach is problematic for non-native English speaking teachers in EFL context. There are several factors causing Communicative Language Teaching less appropriate to implement in this situation. The problems include the facts that teachers are struggling to adapt with the English since this language is not their first or second language, and the concept of CLT remains broad, so that teachers need to have guideline for implementing it in the classroom practice. key word: communicative language teaching (CLT)   Abstrak Artikel ini membahas tentang pengajaran bahasa yang komunikatif (Communicative Language Teaching). Banyak pendapat menganggap pendekatan ini sebagai jawaban atas masalah yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi pelajar. Bagaimanapun, pengajaran komunikatif bahasa merupakan masalah bagi guru mata kuliah speaking yang bukan berlatar belakang bahasa Inggris. Mereka berpendapat bahwa konsep tidak bisa didapat serta tidak ada kejelasan bagaimana menjalankannya. Di samping itu tantangan untuk dihadapi ketika kemampuan bahasa yang dikuasai rendah. Artikel ini membahas faktor- faktor yang menyebabkan Communicative Language Teaching (CLT) sulit diaplikasikan. kata kunci: communicative language teaching (CLT)
Unipdu Jombang
2009-09-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/90
10.26594/diglossia.v1i1.90
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 1 No. 1 (2009): September
Diglossia; Vol 1 No 1 (2009): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/90/190
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/91
2020-07-09T02:39:36Z
diglosia:ART
THE INTERFERENCE OF INDONESIAN GRAMMAR INTO THE ACQUISITION OF ENGLISH GRAMMAR (AN ANALYSIS OF THE 2ND SEMESTER STUDENTS’ WRITTEN TASK AT THE ENGLISH DEPARTMENT, UNIPDU JOMBANG)
Fanani, Achmad
Achmad Fanani University of Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang akufanani@gmail.com  Abstrak First Language (L1) has a significant effect on the second language (L2) acquisition. This kind of phenomenon in the study of second language acquisition is called the interference of first language into second language (negative Interlingua transfer). Such interference often leads to errors (Kreshen, Stephen, 1988). This study describes the interference of Indonesian language (L1) into the English language acquisition (L2) commonly made by the second – semester students of English Department, Faculty of Language and Letters, UNIPDU Jombang and the language – based factors that influence the occurrence of interference. key words: L1 interference, markedness, beginner– level students   Abstrak Bahasa pertama (L1) mempunyai dampak yang signifikan terhadap keberterimaan bahasa kedua (L2). Fenomena semacam ini dalam akuisisi bahasa kedua disebut dengan interferensi L1 kedalam L2 (Negative interlingual transfer). Interferensi tersebut seringkali mengakibatkan kesalahan (error) (Krasen, Stephen, 1988). Studi ini akan menggambarkan interferensi gramatika bahasa Indonesia ke dalam akuisi bahasa Inggris (L2) yang sering dilakukan oleh mahasiswa semester 2 Fakultas Bahasa dan Sastra UNIPDU Jombang serta faktor-faktor kebahasaan yang melandasi terjadinya hal tersebut. kata kunci: interferensi L1, penandaan, siswa pemula
Unipdu Jombang
2011-04-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/91
10.26594/diglossia.v2i2.91
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 2 No. 2 (2011): April
Diglossia; Vol 2 No 2 (2011): April
2528-6897
2085-8612
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/92
2020-07-09T02:39:36Z
diglosia:ART
A STUDY OF GRAMMATICAL EQUIVALENCE IN ABDULLAH YUSUF ALI’S ENGLISH TRANSLATION OF AL – QUR’AN
Farid, Achmad
Achmad Farid University of Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang diglossiafbs@gmail.com  Abstract Grammatical is one of the language identities that determine the meaning. In the translation, the grammatical leads the most significant role because the translation mainly is not translating the words but translating the meaning into the other language. This study exposes the grammatical equivalence in Abdullah Yusuf Ali’s English translation of al – Qur’an. key words: equivalence, translation   Abstrak Tata bahasa merupakan salah satu identitas bahasa yang menentukan makna. Dalam penerjemahan, tata bahasa memerankan peranan yang sangat signifikan karena penerjemahan pada intinya bukanlah menerjemahkan kata – kata tetapi menerjemahkan makna ke dalam bahasa lain. Artikel ini memaparkan ekuivalensi ketatabahasaan dalam penerjemahan Al- Qur’an berbahasa inggris. kata kunci: ekuivalensi, penerjemahan
Unipdu Jombang
2011-04-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/92
10.26594/diglossia.v2i2.92
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 2 No. 2 (2011): April
Diglossia; Vol 2 No 2 (2011): April
2528-6897
2085-8612
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/93
2020-07-09T02:39:36Z
diglosia:ART
TUTURAN UMPATAN ≠MARAH
Hamidiyah, Husnul
Husnul Hamidiyah SMAN 1 Waru Sidoarjo diglossiafbs@gmail.com  Abstrak Hampir setiap bahasa di dunia memiliki berbagai bentuk umpatan yang unik dengan latar belakang budaya masing – masing, termasuk Indonesia dan Jepang. Hal ini perlu dipahami secara mendalam, mengingat sebagai pembelajar bahasa Jepang juga harus mengerti dan membandingkan bagaimana pertuturan bahasa sehingga dapat tercipta suatu suasana komunikasi yang harmonis dan baik. Tuturan umpatan dalam bahasa Jepang biasa disebut dengan istilah nonoshiri hyougen. Ada empat bentuk Nonoshiri hyougen dalam teori Andersson (dalam Karjalainen 2002:17) dibagi menjadi empat tipe. Setiap tuturan umpatan mengandung konteks emosi yang tidak hanya mengungkapkan situasi kemarahan tetapi juga dapat mengungkapkan konteks emosi keterkejutan, ketakutan, kesedihan, kesukaan , kegembiraan, da kebosanan (Boeree 2008:124). Orang – orang perlu memahami konteks dengan cepat yang menutupi sebuah tuturan umpatan ketika seorang penutur atau pendengar melakukannya. Dikarenakan pemahaman yang baik pada pemaknaan, bentuk ,tujuan , motif, dan fungsi dari Nonoshiri hyougen  atau tuturan umpatan diharapkan dapat menghindarkan persepsi yang salah diantara penutur - penutur bahasa dalam komunikasi interkultural. Jadi komunikasi antar ras, etnik, agama, dan Negara dapat berjalan dengan lancar. kata kunci: tuturan umpatan, kemarahan Abstrak Almost every language in the world has many unique forms of vituperation against the background of their respective cultures, including Indonesia and Japan. The existence of a unique culture swearword in foreign languages must be understood in depth, given as a Japanese language learner should also understand and comprehend a conversation. Swearwords in Japanese utterances commonly referred to as nonoshiri hyougen. There are four forms of Nonoshiri Hyougen (Swearwordsproposed by Anderson ( in Karjalainen 2002:17 ). Every swearwords containing emotive context which not only expressed in situation of anger, but also can be expressed in the emotive context of surprise, fear, sadness, like, happy, and bored (Boeree, 2008:124). People need to understand the context observantly overshadow a swearword when a speaker or listener role. Due to a proper understanding of the meaning, form, purpose, motive and the function of Nonoshiri Hyougen (Swearwords) is expected to prevent the wrong perception among speaker of languages in an intercultural communication. So that communication between races, ethnics, and nations can work well. key words: swearwords, anger
Unipdu Jombang
2011-04-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/93
10.26594/diglossia.v2i2.93
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 2 No. 2 (2011): April
Diglossia; Vol 2 No 2 (2011): April
2528-6897
2085-8612
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/94
2020-07-09T02:39:36Z
diglosia:ART
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES PENERJEMAHAN LISAN
Prasetyani, Nuning Yudhi
Nuning Yudhi Prasetyani Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang ningdibyo@gmail.com Abstrak Seorang peenerjemah lisan dalam melakukan tugas – tugasnya tidak dapat dipisahkan dari proses – proses yang meliputinya dalam menyampaikan terjemahanya tersebut. Hal ini dapat diukur dari cara seorang penerjemah lisan mengatur antara teks, tempat, dan pelaku. Ketika dia gagal dalam menggabungkan ketiga hal tersebut, dia akan gagal untuk menterjemahkan suatu teks secara lisan, atau dia tidak dapat menciptakan hasil terjemahan yang baik dan berterima kepada para pendengar. Kemampuan mendengarkan dan memori jarak pendek adalah hal-hal yang penting dalam melaksanakan proses penerjemahan secara lisan kata kunci: penerjemah lisan, kemampuan mendengarkan, memori jarak pendek   Abstract An interpreter in doing his responsibilities cannot be separated from the processes that are yielded in performing his interpretation. This can be measured from the way an interpreter copes with the text, place and participant. When he fails to comprehend them, he will fail to comprehend the text, or he cannot create a reliable speech to the hearer /audience. Listening skill and short – term memory are the important thing in obtaining the process of interpretation. key words       : interpreter, listening skill, short – term memory
Unipdu Jombang
2011-04-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/94
10.26594/diglossia.v2i2.94
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 2 No. 2 (2011): April
Diglossia; Vol 2 No 2 (2011): April
2528-6897
2085-8612
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/95
2020-07-09T02:39:36Z
diglosia:ART
BALINESE CULTURE IN EAT, PRAY, LOVE ELIZABETH GILBERT
Putri, Trikaloka Handayani
Trikaloka Handayani Putri University of Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang princessnaura@yahoo.com Abstract This article would discuss about the reflection of Balinese culture in Eat Pray, Love Elizabeth Gilbert. This novel becomes phenomenal since the positive critics appear. The ending of this novel, Elizabeth told her memory about Bali, her way to describe Bali was very ‘realistic’. So many cultural aspects described in this novel. This writing will be developed through the cultural study theory as the fundamental in the study of Eat, Pray, Love Novel. key words: cultural study, cultural aspects   Abstrak Artikel ini membahas tentang budaya Bali yang tergambar dalam novel Eat, Pray, Love tulisan Elizabeth Gilbert. Novel ini begitu fenomenal semenjak kritik positif bermunculan. Dibagian akhir novel ini, Elizabeth menyampaikan memorinya tentang Bali, cara dia menggambarkan Bali begitu nyata. Banyak Aspek budaya yang tergambar dalam novel ini. Tulisan ini akan dikembangkan melalui teori study budaya sebagai kerangka utama dalam mempelajari novel Eat, Pray, Love. kata kunci: studi kultural, aspek budaya
Unipdu Jombang
2011-04-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/95
10.26594/diglossia.v2i2.95
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 2 No. 2 (2011): April
Diglossia; Vol 2 No 2 (2011): April
2528-6897
2085-8612
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/96
2020-07-09T02:39:36Z
diglosia:ART
APLIKASI TEORI NEUROLOGI BAHASA
Soefiyanti, Yenny
Yenny Soefiyanti Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang soefiyantiyenny@yahoo.com  Abstrak Teori literalisasi dalam aspek neurologi bahasa telah dianalisa melalui berbagai macam tes. Teori tersebut telah mendapatkan hasil yang berbeda; hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor; diantaranya suara dan intonasi, kuat dan lemahnya suara juga frekuensi kecepatan suara yang diterima. Artikel ini membahas aplikasi teori Neurologi dalam pengajaran bahasa. kata kunci: aspek neurologi bahasa, teori literalisasi, tes pendengaran duplikasi   Abstract Lateralization theory in neurological language aspect has been analyzed through multiple tests. It has got different result; it happens because it is influenced by some factors; they are sound intonation, the strong and the weak of the voice, also frequency of the sound speed derived. This article shows the application of neurology in teaching a language. key words: neurology aspect languages, theory of lateralization, duplicate listening test
Unipdu Jombang
2011-04-13
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/96
10.26594/diglossia.v2i2.96
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 2 No. 2 (2011): April
Diglossia; Vol 2 No 2 (2011): April
2528-6897
2085-8612
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/97
2020-07-09T02:33:36Z
diglosia:ART
THE PORTRAYAL OF FEMALE’S ROLE IN 18TH CENTURY IN THE CASTLE OF OTRANTO AND THE MYSTERIES OF UDOLPHO
Putri, Trikaloka Handayani
Trikaloka Handayani Putri University of Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang princess.naura@gmail.com  Abstrak Pendekatan mimesis cenderung mencari imitasi karya sastra terhadap realita. Ada begitu banyak karya sastra yang menggambarkan realita, The Castle of Otranto oleh Horace Walpole dan Misteri Udolpho oleh Ann Radcliffe adalah diantaranya. Dikenal sebagai novel gotik , keduanya mengangkat isu sosial yang sama. Menggunakan cara gotik dan dengan cerita yang mengerikan, The Castle of Otranto dan Misteri Udolpho menyajikan kehidupan wanita muda dengan masalah sosialnya. The Castle of Otranto menyuguhkan potret kehidupan Matilda dan Isabella yang memiliki kehidupan yang sedih hanya karena mereka perempuan, sementara The Misteri Udolpho bercerita tentang kehidupan kesengsaraan seorang gadis juga yang diperankan oleh Emily. Oleh karena itu, masalah sosial menjadi isu menarik untuk dibahas. Dengan menggunakan pendekatan mimesis, dapat dilihat dengan jelas bahwa kedua novel tersebut gotik dan berbicara tentang peran perempuan di abad 18. kata kunci: gotik , mimesis, masalah sosial  Abstract Mimetic approaches tend to look literary works is imitation of reality. There are so many works of literature that describes the reality; The Castle of Otranto by Horace Walpole and Ann Radcliffe's Mysteries of Udolpho are the examples. Known as the gothic novel, both raised the same social issues. Using a gothic way and with a terrible story, The Castle of Otranto and the Mystery of Udolpho presents the lives of young women with social problems. The Castle of Otranto presents a portrait of the lives of Matilda and Isabella who had a sad life just because they are women, while The Mystery of Udolpho tells about the life of a girl's woes also played by Emily. Therefore, the social problem becomes interesting to discuss the issue. By using a mimetic approach, can be seen clearly that both the gothic novel and talk about the role of women in the 18th century. key words: gothic, mimetic, social problems  Â
Unipdu Jombang
2012-04-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/97
10.26594/diglossia.v3i2.97
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 3 No. 2 (2012): April
Diglossia; Vol 3 No 2 (2012): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/97/55
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/98
2020-07-09T02:33:36Z
diglosia:ART
NEURO-LINGUISTIC PROGRAMMING AS STUDENT'S ENERGIZER
Fitriana, Irta
AbstrakTugas seorang pendidik (pengajar) tidaklah hanya mentransfer isi materi, tetapi juga menginspirasi para muridnya agar termotivasi untuk belajar serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dibutuhkan suatu cara yang lebih mudah, cepat dan tepat untuk menginspirasi dan memotivasi para murid untuk mencapai tujuan pembelajaran. Neuro-Linguistic Programming (NLP) adalah model komunikasi interpersonal dan merupakan pendekatan alternatif yang didasarkan kepada pembelajaran subyektif mengenai bahasa, komunikasi, dan perubahan personal. Seperangkat presuposisi yang praktis, efektif, elegan dalam artikel ini dapat diaplikasikan secara riil dalam pengajaran dengan tujuan untuk memperkuat pemahaman siswa.kata kunci: NLP, presuposisi (presupposition),interpersonal Abstract The job of an educator (teacher) is not simply transfer the contents of the material, but also inspire their students to be motivated to learn and apply it in everyday life. It takes a way more easily, quickly and precisely to inspire and motivate students to achieve learning objectives. Neuro-Linguistic Programming (NLP) is an interpersonal communication model and an alternative approach based on the subjective study of language, communication and personal change. Presupposition set of practical, effective, elegant in this article can be applied in real terms in teaching with the aim to strengthen students' understanding.key words: NLP presuppositions (presupposition), interpersonal
Unipdu Jombang
2012-06-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/98
10.26594/diglossia.v3i2.98
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 3 No. 2 (2012): April
Diglossia; Vol 3 No 2 (2012): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/98/56
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/99
2020-07-09T02:33:36Z
diglosia:ART
THE MIMETIC CRITICISM IN CHARLES DICKENS’ DAVID COPPERFIELD AND CHINUA ACHEBE’S THINGS FALL APART
Supriyatno, M
Supriyatno Universitas Islam Darul ‘Ulum (UNISDA) Lamongan mizazuhadizavala@yahoo.com  Abstrak Kritik mimesis digunakan untuk menghubungkan imitasi, refleksi, dan representasi kehidupan manusia terhadap karya sastra. Charles Dickens dan Achebe merupakan penulis novel handal yang juga sangat peduli terhadap masalah sosial dalam kehidupan manusia. David Copperfield sebagai salah satu karya Dickens, menangkap fenomena sosial di London selama Revolusi Industri. Sementara itu, Achebe dengan Things Fall Apart nya menangkap kehidupan sengsara dari Igbo masyarakat dalam mempertahankan keyakinan mereka. Artikel ini bertujuan menyelidiki kritik mimesis dari David Copperfield dan Things Fall Apart berkaitan dengan cara penulis dalam menentukan karakter, penokohan, dan karakter utama dari kedua novel. kata kunci: kritik mimesis (mimetic criticism), refleksi (reflection), masalah social (social problem)  Abstract Mimetic Criticism is used to connect the mimetic imitation, reflection, and the representation of human life to literature. Charles Dickens and Achebe is a novelist who is also a reliable very concerned about social issues in human life. David Copperfield is one of the works of Dickens. This novel reveals the social phenomena captured in London during the Industrial Revolution. Meanwhile, Things Fall Apart by Chinua Achebe captured his miserable life of the Igbo people in defending their beliefs. This article aims to investigate the mimetic criticism of David Copperfield and Things Fall Apart deals with the way the author in determining the characters, characterizations, and the main characters of the novel. key words: mimetic criticism, reflection, social problems
Unipdu Jombang
2012-06-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/99
10.26594/diglossia.v3i2.99
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 3 No. 2 (2012): April
Diglossia; Vol 3 No 2 (2012): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/99/57
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/100
2020-07-09T02:33:36Z
diglosia:ART
CAMPUR KODE DAN ALIH KODE DALAM KOMIK NODAME CANTABILE BUKU # 19-24 KARYA TOMOKO NINOMIYA
Khoiriyah, Amalia Rizqi
Amalia Rizqi Khoiriyah Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang amaliarizqik@yahoo.com  Abstrak Artikel ini berjudul "Alih Kode dan Campur Kode di Komik # 19-24 dari Nodame Cantabile oleh Ninomiya Tomoko". Seleksi objek studi ini didasarkan pada isu-isu sosiolinguistik yang terjadi di masyarakat bilingual dan masyarakat multibahasa yang membentuk alih kode dan campur kode. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dalam hal ini, menggambarkan bentuk-bentuk, faktor-faktor dan jenis alih kode dan campur kode dalam kehidupan tindak tutur bahasa karakter dalam komik ini. Data yang dianalisis adalah kata-kata, frase idiom, dan klausa. Dalam analisis, banyak diperoleh bentuk alih kode dan campur kode dalam bahasa lain selain bahasa Jepang dalam pidato karakter. Bentuk kode campuran yang sering muncul dikategorikan sebagai kata benda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 5 jenis alih kode yang digunakan oleh karakter buku komik Nodame Cantabile itu. Mereka adalah: (1) alih kode eksternal, (2) beralih codel situasional, (3) alih kode permanen, dan (4) swithing kode sementara. kata kunci: alih kode, campur kode, karakter, sosiolinguistik  Abstract The entitled is "Code Switching and Code Mixing in Comic Books # 19-24 of Nodame Cantabile by Ninomiya Tomoko". Selection object of this study is based on sociolinguistic issues that occur in the bilingual community and the multilingual community which is form with code switching and code mixing. The methods that used in this research is descriptive method. In this, described the forms, the factors and the type of code switching and code mixing in the speech act language life the characters in this comic. The analyzed data is a tangible data of words, phrases, idioms and clauses. In the analysis, many acquired forms of code switching and code mixing in a language other than Japanese language in the speech of the characters. Form of mixed code that often arises is categorized word of nouns. The results show that there are 5 types of code switching which are used by the characters of Nodame Cantabile’s comic books. Those are: (1) external code switching, (2) situational codel switching, (3) permanent code switching, and (4) temporary code swithing. key words : code switching, code mixing, characters of Nodame Cantabile’s comic books
Unipdu Jombang
2012-04-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/100
10.26594/diglossia.v3i2.100
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 3 No. 2 (2012): April
Diglossia; Vol 3 No 2 (2012): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/100/59
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/101
2020-07-09T02:33:36Z
diglosia:ART
PENGGUNAAN WAKAMONO KOTOBA REMAJA JEPANG
Laili, Nurul
Nurul Laili Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang dekiru22@gmail.com  Abstrak Wakamono Kotoba umumnya digunakan di kalangan remaja Jepang. Hal ini disebabkan oleh satu faktor masuknya bahasa ​​asing ke dalam asosiasi kaum muda Jepang. Bentuk pengembangan kreatif yang terjadi di Jepang hanya dalam lingkup bahasa remaja non formal di sekolah, restoran, mal, tempat berkumpul, dll. Wakamono Kotoba digunakan terbatas pada kelompok remaja tertentu di masyarakat. Tingkat kreativitas Wakamono Kotoba oleh remaja adalah suatu bentuk perkembangan bahasa di Jepang. Bahasa ini menjadi begitu dominan namun tetap tidak merusak bentuk universal dari masyarakat Jepang karena memang merupakan keragaman perkembangan bahasa dalam masyarakat Jepang. kata kunci: Wakamono Kotoba, remaja, bahasa non formal, masyarakat Jepang  Abstract Wakamono Kotoba is commonly used by Japanese teenagers as many foreign laguages come to Japan. Forms of creative development that occurs in Japanese only within the scope of non formal language (speesch teenagers in schools, restaurant, mall, place assembled teenagers, etc). Used Wakamono Kotoba limited to certain groups of young people (teens in the community). The level of creativity Wakamono Kotoba by adolescents is a form of language development in Japanese, so dominant used do not damage the universal form of Japanese society that has existed in Japan since it is the diversity of language development in Japanese society. key words: Wakamono Kotoba, teenagers, non-formal language, Japanese society
Unipdu Jombang
2012-04-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/101
10.26594/diglossia.v3i2.101
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 3 No. 2 (2012): April
Diglossia; Vol 3 No 2 (2012): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/101/60
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/102
2020-07-09T02:33:36Z
diglosia:ART
RAGAM BAHASA DALAM IKLAN PONSEL JEPANG
Savana, Azizia Freda
Azizia Freda Savana Universitas Pendidikan Indonesia Aziziafreda@gmail.com  Abstrak Iklan merupakan suatu bentuk komunikasi yang mengungkapkan informasi atau pesan dan mempromosikan maksud penutur kepada lawan tuturnya. Bahasa sering dipakai dalam mengungkapkan dan mempromosikan suatu informasi tersebut. Bahasa iklan tampak dalam ragam dan visualisasinya. Iklan ponsel merupakan iklan yang menarik untuk dikaji. bahasa yang digunakan dalam iklan ponsel Jepang lebih menarik dan lebih menggunakan makna implisit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ragam bahasa dan variasi penulisan atau karakter bahasa iklan Jepang serat makna yang terkandung didalamnya. Telaah pustaka dalam penelitian ini diambil dari sumber data tertulis dalam website yang berhubungan dengan iklan ponsel Jepang. Penelitian ini juga menggunakan metode deskriptif kualitatif untuk membantu menganalisis data yang telah dikumpulkan dan dijabarkan secara rinci. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ragam bahasa dalam iklan ponsel Jepang banyak menggunakan ragam bahasa biasa yang ditandai dengan bentuk kamus. Karakter atau penulisan yang digunakannya pun bervariasi. Variasi penulisan yang lebih banyak digunakan adalah penulisan kata asli bahasa Jepang yang seharusnya memakai huruf hiragana, ditulis dengan huruf katakana. Penulisan itu digunakan untuk menekankan dan menegaskan suatu kata.  Karakteristik ragam bahasa iklan ponsel Jepang terletak pada pemilihan diksi yaitu berupa kantan (mudah), surimu (slim/tipis), suraido (slide), bousui (anti air) yang jarang ditemukan oleh iklan lainnya. kata kunci : ragam bahasa, iklan ponsel Jepang, diksi  Abstract Advertising is a form of communication (transmitting messages / information) to reach the purpose of speaking to public. In this case, language is often used in expressing and promoting information. Advertisement appears in a variety of languages ​​and visualization for example Japanese mobile advertisements. They are very interesting. The language used is more compelling and tends to use implicit meanings. This study aims to determine the regional variations and variations in writing an ad. The data are taken from the catalog on the website of the three electronics companies in Japan. The results showed that the diversity of languages ​​in many Japanese mobile ads commonly used an ordinary language which is characterized by a dictionary form. Character or the use of writing was varied. Variations of writing that more widely used are katakana. However, they should be in hiragana forms. Characteristics of regional variations of Japanese cell phone ads are about diction including kantan (easy), surimu (slim / thin), suraido (slide), and bousui (anti-water) that are rarely found in other ads. key words: language variety, mobile Japan advertisement , advertising, diction
Unipdu Jombang
2012-04-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/102
10.26594/diglossia.v3i2.102
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 3 No. 2 (2012): April
Diglossia; Vol 3 No 2 (2012): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/102/61
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/225
2020-07-09T02:31:12Z
diglosia:ART
ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENERJEMAHAN ‘SIGHTSEEING’
PRASETYANI, NUNING YUDHI
Nuning Yudhi Prasetyani Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang ningdibyo@gmail.com Abstract Contrastive analysis is a method that can be used to overcome the problem of translation. Contrastive analysis is defined as a sub-discipline of linguistics on contrasting two languages ​​or more (or a sub-system of the language) to determine the similarities and differences between two languages. Nababan (1997:8) explains that there are two kinds of contrastive studies, the theoretical and applied. Theoretical contrastive study examines in depth the differences and similarities between the two languages ​​or more to find a certain category or not in language A or language B, whereas applied contrastive study is part of a study of applied linguistics. By taking the results of the study of theoretical contrastive studies, this study is looking for a framework to compare languages ​​and focus on specific information for specific purposes, for example for language teaching, bilingualism analysis, and translation. Key words: contrastive analysis, translation, bilingualism analysis  Abstrak  Analisis kontrastif adalah metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam penerjemahan. Analisis kontrastif didefinisikan sebagai suatu disiplin sub-linguistik pada membandingkan dua bahasa (sistem sub-bahasa) untuk menentukan persamaan dan perbedaan antara dua bahasa tersebut. Nababan (1997:8) menjelaskan bahwa ada dua macam penelitian kontrastif, yakni analisis kontrastif  teoritis dan terapan. Analisis kontrastif teoritis meneliti secara mendalam perbedaan dan persamaan antara dua bahasa atau lebih untuk menemukan kategori tertentu dalam bahasa A atau bahasa B, sedangkan penelitian kontrastif terapan merupakan bagian dari studi linguistik terapan. Melalui hasil analisis kontrastif teoritis, penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dua bahasa yang fokus pada informasi spesifik untuk tujuan tertentu, misalnya untuk pengajaran bahasa, analisis bilingualisme, dan penerjemahan. Kata kunci: analisis kontrastif, terjemahan, analisis bilingualisme
Unipdu Jombang
2012-12-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/225
10.26594/diglossia.v4i1.225
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 4 No. 1 (2012): September
Diglossia; Vol 4 No 1 (2012): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/225/200
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/226
2020-07-09T02:31:12Z
diglosia:ART
PERGESERAN DAN PEMERTAHANAN BAHASA
NURDIN AND MIFTA, NURDIN BRAMONO
Nurdin Bramono Mifta Rahman Universitas Sebelas Maret Surakarta Naardi18@gmail.com Abstract Economic and technology development are the main reason of language shift. It is not wrong however it will be serious problem toward a certain language continuity. Therefore it is necessary to have language maintenance. Keyword: language, maintenance, shift Abstrak Perkembangan perekonomian dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama dalam hal terjadinya pergeseran bahasa. Pergeseran bahasa tersebut bukan hal yang salah, namun kesalahan dalam hal pergeseran makna  bisa menjadi ‘boomerang’ terhadap kelestarian bahasa tertentu. Oleh karena itu diperlukan sebuah tindakan nyata yakni pemertahanan bahasa, agar kelestarian bahasa bisa terjaga. Kata kunci: pergeseran, Pemertahanan Bahasa
Unipdu Jombang
2012-12-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/226
10.26594/diglossia.v4i1.226
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 4 No. 1 (2012): September
Diglossia; Vol 4 No 1 (2012): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/226/201
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/227
2020-07-09T02:31:12Z
diglosia:ART
AFGHANISTAN’S CULTURE IN THE KITE RUNNER BY KHALED HOSSEINI
PUTRI, TRIKALOKA HANDAYANI
Trikaloka Handayani Putri University of Pesantren Tinggi Darul’ulum princess_naura@yahoo.com Abstract The Kite Runner merupakan salah satu novel karya Khaled Hosseini yang fenomenal. Karya sastra ini mengangkat isu sosial yang berkaitan erat dengan budaya yang ada di Afganistan, terutama di Kabul melalui cerita hidup seorang Amir dan Hasan. Melalui cerita hidup Amir dan Hasan yang sarat dengan konflik tersirat pandangan hidup dan adat yang sangat berbeda antara kaum Pasthun dan Hazara. Artikel ini akan mengupas lebih dalam tentang pandangan hidup kaum Pasthun dan Hazara dengan pengaplikasikan culture criticism terhadap karya satra. Culture criticism merupakan studi tentang budaya yang ada di dalam sebuah karya sastra. Dengan pengaplikasian Culture criticism, diharapkan budaya yang tercermin dalam karya sastra bisa terkaji dengan lebih dalam. Key words: kritik sastra (culture criticism), isu sosial   Abstrak The Kite Runner is a phenomenal novel written by Khaled Hosseini. This literary work raises social issues that closely related to the Afghanistan’s culture, especially in Kabul through the life story of Amir and Hassan. The ridden-conflict coloured their life story implied a contrastive life view and customs between Pashtun and Hazara. This article will explore more about the world view of the Pashtun and Hazara by applying culture criticism. It is the study of culture in a literary work. By applying culture criticism, it is expected that the culture reflected in the literatury works can be explored deeper. Key words: literary criticism (culture criticism), social issues
Unipdu Jombang
2012-12-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/227
10.26594/diglossia.v4i1.227
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 4 No. 1 (2012): September
Diglossia; Vol 4 No 1 (2012): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/227/202
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/228
2020-07-09T02:31:12Z
diglosia:ART
SEMANTIC TRANSLATION ERRORS AS A RESULT OF GOOGLE TRANSLATE (A CASE OF ERRORS OF TRANSLATION ON HOMONYMOUS AND POLYSEMOUS WORDS IN BAHASA INDONESIA)
NUR JAMILAH, SITI
Nur Jamilah University Of Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang keeplighting_mila@yahoo.com  Abstrak Inti penerjemahan adalah mencari kesepadanan antara bahasa sumber (SL) dan bahasa sasaran (TL). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis terjemahan kata homonim dan polisemi dalam Bahasa Indonesia (SL) ke dalam bahasa Inggris (TL) melalui program Google Translate. Penelitian ini difokuskan pada pengamatan terhadap kesalahan semantik umum, khususnya kesalahan semantik yang disebabkan oleh program Google Translate ini. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah semantik, penerjemahan, homonimi dan polisemi, dan ambiguitas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Program Google Translate cenderung secara harfiah daripada kontekstual. Hal ini menyebabkan ambiguitas. Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan penelitian selanjutnya akan menganalisis berbagai makna kalimat, seperti makna pragmatis, makna disengaja, makna konotatif, makna denotatif, makna sosial, makna deiktik, dsb. Selain itu, diharapkan bahwa riset ini berguna bagi programmer komputer untuk membuat program baru yang canggih untuk meminimalisir kesalahan dalam penerjemahan. Kata Kunci: homonimi, polisemi, Google Translate Abstract Translation should consider the equivalent text between the first language (SL) and the second language (TL). The study tries to analyze the translation of homonymous and polysemous words in Bahasa Indonesia into English by Google Translate program. It observes the common semantic errors, more specifically the semantic causes of errors, resulted from the program. The theories used to analyze homonymous and polysemous words structure errors of Google Translate translation are semantics, translation, homonymy and polysemy, and ambiguity. This study applies a descriptive qualitative method. Google Translate tends to translate literally rather than contextually. This causes lexical ambiguity. Based on the result of the study, it is expected that the next research will analyze the various meaning in sentence, such as pragmatic meaning, intentional meaning, connotative meaning, denotative meaning, social meaning, deictic meaning, and so on. Furthermore, it is expected that it will be useful for computer programmer to create new advanced programs in order to minimize errors. Key Words: Homonymy, Polysemy, Google Translate Â
Unipdu Jombang
2012-12-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/228
10.26594/diglossia.v4i1.228
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 4 No. 1 (2012): September
Diglossia; Vol 4 No 1 (2012): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/228/203
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/229
2020-07-09T02:31:12Z
diglosia:ART
THE OPPRESSION AGAINST WOMEN IN AFGHANISTAN PORTRAYED IN KHALED HOSSEINI’S A THOUSAND SPLENDID SUNS
WULANDARI, SRI
Sri Wulandari Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang mikyoonrizu@gmail.com Abstrak Artikel ini merupakan contoh kritik sastra yang mengupas jenis penindasan yang dialami oleh perempuan dalam novel ‘A Thousand Splendid Suns’ karya Khaled Hosseini dan bagaimana cara mereka menghadapi penindasan. Dengan menggunakan teori penindasan oleh Iris muda, penelitian ini mencoba untuk menggambarkan penindasan yang dialami oleh Mariam dan Laila di dalam novel A Thousand Splendid Suns. Hasil penelitian menunjukkan adanya lima jenis penindasan, diantaranya eksploitasi, marginalisasi, ketidakberdayaan, imperialisme budaya, dan kekerasan yang dialami oleh dua tokoh wanita tersebut. Kelima penindasan ini berasal dari suami dan masyarakat di mana mereka tinggal. Mariam cenderung untuk bertahan atas penindasan yang dialami, sementara Laila cenderung untuk melawan. Tapi pada akhirnya, baik Mariam dan Laila melawan penindasan untuk menentukan kehidupan mereka masing- masing. Kata Kunci: penindasan, penindasan perempuan Abstract This article is a literary criticism which studies the types of oppression experienced by women in Khaled Hosseini’s A Thousand Splendid Suns and the way they deal with the oppression. Using the theory of oppression by Iris Young , this study tries to describe Mariam’s and Laila’s oppression in A Thousand Splendid Suns. Through this study, it is found that Five Faces of Oppression, namely exploitation, marginalization, powerlessness, cultural imperialism, and violence happen to the women in A Thousand Splendid Suns. Those types oppression above come from their husband and the society where they live. The effort they make to deal with the oppression is different according to their personalities and family background. Mariam tends to defend and endure, meanwhile Laila is apt to defend and resist. But in the end, both Mariam and Laila fight the oppression to determine their own lives. Key Words : types of oppression, women oppression Â
Unipdu Jombang
2012-12-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/229
10.26594/diglossia.v4i1.229
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 4 No. 1 (2012): September
Diglossia; Vol 4 No 1 (2012): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/229/204
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/230
2020-07-09T02:31:12Z
diglosia:ART
ALIH KODE DALAM LAGU SHARE THE WORLD OST ONE PIECE
FITROTUNNAJA, fitroh
Fitrotunnaja Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang Mizumi_nicui@yahoo.com  Abstrack Code switching in multilingual community is caused by something related in siciolinguistic. The song Share The World is soundtrack one of Japan anime which is presented in one of private stasiun television in Indonesia, namely One Piece. One Piece also become one of Indonesian people favourite anime, it is caused fun and interesting story. This research is to know the causing factor of code switching and type of code switching in the song of Share The World (OST One Piece). The results show that causing factor is for fun and the type is situasional code switching. Keywords: code switching (alih kode), multilingual community (masyarakat multilingual), lyric of song (lirik lagu)  Abstract Alih kode dalam masyarakat multibahasa disebabkan oleh sesuatu yang berhubungan dalam siciolinguistik. Lagu Share The world merupakan soundtrack salah satu film kartun Jepang yang ditayangkan di salah satu televisi swasta di Indonesia, yaitu One Piece. One Piece juga menjadi salah satu anime favorit masyarakat Indonesia karena ceritanya yang menyenangkan dan menarik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor penyebab alih kode dan jenis alih kode dalam lagu Share The world (OST One Piece). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor alih kode dan jenis- jenis alih kode dalam lagu Share The world (OST One Piece). Kesimpulannya, faktor penyebab alih kode adalah untuk bersenang-senang dan jenis alih kode dominan adalah alih kode situasional. Kata kunci: alih kode (Alih Kode), masyarakat multibahasa (multilingual Masyarakat), lirik lagu (lirik lagu)
Unipdu Jombang
2012-12-16
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/230
10.26594/diglossia.v4i1.230
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 4 No. 1 (2012): September
Diglossia; Vol 4 No 1 (2012): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/230/205
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/252
2020-07-09T02:21:54Z
diglosia:ART
STRUKTURALISME GENETIK PADA NOVEL THE KITE RUNNER KARYA KHALED HOSSEINI
SUCIATI, ENDANG
Endang Suciati Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang Endang24@gmail.com Abstrak Dalam konteks sosiologi sastra, karya satra merupakan gambaran dari kehidupan sosial masyarakat. Sedangkan menurut Goldmann, karya sastra merupakan struktur, struktur dalam karya sastra bukan lah sesuatu yang statis, melainkan dinamis karena merupakan produk dari proses sejarah yang terus berlangsung dan yang dihayati oleh masyarakat di mana karya sastra itu berada. Sehingga akan terjadi homologi antara struktur karya sastra dengan struktur masyarakat yang dijembatani oleh suatu pandangan dunia yang berupa ideologi. Dengan menggunakan konsep Goldmann tersebut, makalah ini menganalisa novel “The Kite Runner†karya Khaled Hosseini dan menemukan bahwa terdapat homologi antara struktur masyarakat yaitu masyarakat Afghanistan dengan struktur pada novel tersebut. Homologi ini dihubungkan oleh suatu ideologi kelas sosial yang dominan pada waktu itu yaitu yang berupa nasionalis-religius dan humanis. Kata kunci: strukturalisme genetik, pandangan dunia, “The Kite Runner†Abstract Literary work, in term of sociology of literature, is the description of social life. According to Goldmann, literary work is a structure which is not static but dinamic because it is the result of the long historical process of the society where the work is made. So that, there will be homology between literary structure and social structure that is connected with ideology as the world view. By analyzing Khaled Hosseini’s The Kite Runner using Goldmann concept, it is found that there is homology between the social structure in this case Afghanistan social structure with the structure of the novel. This homology is connected with some ideologies,, namely religion-nationalism and humanism. Key words: genetic structuralism, world view, “The Kite Runner†Â
Unipdu Jombang
2013-04-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/252
10.26594/diglossia.v4i2.252
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 4 No. 2 (2013): April
Diglossia; Vol 4 No 2 (2013): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/252/253
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/254
2020-07-09T02:21:54Z
diglosia:ART
LILIS SURYANI’S “GANG KELINCI†AS A REFLECTION OF SOCIAL REALITIES IN INDONESIA (1957–1965)
WOODRICH, CHRIS
Chris Woodrich Universitas Gadjah Mada chris_woodrich@hotmail.com  Abstract Music does not live in a vacuum. It is forever growing and mutating, at once reflecting and creating social realities in the culture which birthed it, be they historical developments or contemporary conditions. The song “Gang Kelinciâ€, written by Titiek Puspa and sung by Lilis Suryani, provides an interesting case in point: its lyrics provide a stark portrayal of the suffering of the Indonesian lower class during the Guided Democracy period (1957–1965).This is only emphasised by its whimsical imagery and jaunty music, which was used to avoid censorship during the totalitarian Guided Democracy period. Key Words: gang kelinci, Lilis Suryani, Titiek Puspa  Abstract Musik tidak berada dalam suatu vakum. Ia selalu berkembang dan berubah, mencerminkan dan menciptakan realitas sosial dalam budaya yang telah melahirkannya, baik perkembangan historis maupun keadaan kontemporer. Lagu “Gang Kelinciâ€, yang ditulis oleh Titiek Puspa dan dinyanyikan Lilis Suryani, menjadi salah satu contoh yang menarik: lirik lagu ini menawarkan gambaran kesengsaraan yang dialami masyarakat kelas bawah Indonesia selama periode Demokrasi Terpimpin (1957–1965). Ini semakin ditekankan dengan pencitraannya yang fantastis dan musik yang gembira, yang digunakan untuk menghindari penyensoran dari pemerintah totaliter demokrasi terpimpin. Kata Kunci: gang kelinci, Lilis Suryani, Titiek Puspa
Unipdu Jombang
2013-04-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/254
10.26594/diglossia.v4i2.254
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 4 No. 2 (2013): April
Diglossia; Vol 4 No 2 (2013): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/254/254
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/286
2020-07-09T02:21:54Z
diglosia:ART
PENERJEMAHAN KARYA SASTRA ANAK
FITRIANA, IRTA
Irta Fitriana Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang irtaunipdu@gmail.com Abstrak Saat ini, banyak kita jumpai buku cerita anak yang semakin variatif beredar di pasaran. Berbagai cerita anak dalam bentuk dongeng, cerita bergambar, dan cerita pendek telah diterbitkan di Indonesia baik dalam majalah maupun buku. Sayangnya, sebagian besar karya sastra anak yang beredar bukanlah merupakan karya asli dari negeri sendiri melainkan terjemahan dari karya sastra asing dan karya sastra inilah yang cenderung disukai anak- anak karena sedikit banyak kepopulerannya turut didongkrak oleh media pengusung budaya populer seperti televisi dan film. Selain itu kisah- kisah dalam cerita terjemahan lebih variatif ketimbang cerita tentang sastra negeri sendiri yang lebih bersifat monoton (menggurui). Â Namun, yang perlu diperhatikan adalah cara menciptakan hasil terjemahan yang baik dan berkualitas bagi anak bukan perihal mudah. Makalah ini mengulas tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerjemahan karya sastra anak. Kata kunci: sastra anak, sastra terjemahan, domestikasi Abstrak Currently, we have encountered many a children's book that the variety on the market. Various children's story in the form of fairy tales, picture books, and short stories have been published in Indonesia, both in magazines and books. Unfortunately, most of the outstanding children's literature is not an original work of their own country but the translation of foreign literature and literary works that tend to like little kids because a lot of its popularity also boosted by the bearer of popular culture media such as television and movies. Besides the stories in translation stories are more varied than the story of his own country which is more literary monotonous (patronizing). However, that needs to be addressed is how to create a good translation results and the quality of the child is not an easy subject. The paper reviews some of the things that need to be considered in the translation of children's literature. Keywords: children's literature, literary translation, domestication
Unipdu Jombang
2013-04-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/286
10.26594/diglossia.v4i2.286
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 4 No. 2 (2013): April
Diglossia; Vol 4 No 2 (2013): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/286/255
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/287
2020-07-09T02:21:54Z
diglosia:ART
THE COMPARATIVE ANALYSIS ON THE TRANSLATION OF SLANG WORDS IN THE SUBTITLE OF THE MOVIE FIRED UP BETWEEN DVD AND THE INTERNET VERSIONS
NUGRAHA, SEPTIANINGRUM KARTIKA
Septianingrum Kartika Nugraha Universitas Sebelas Maret Surakarta kartikanugraha@yahoo.com   Abstrak Penelitian ini dirancang untuk mendeskripsikan teknik yang digunakan oleh penerjemah DVD dan Internet dalam menerjemahkan kata-kata bahasa gaul dan untuk menilai kualitas keakuratan dan keberterimaan terjemahan kata-kata bahasa gaul yang ada di dalam versi DVD dan Internet. Di dalam penelitian ini terdapat 84 data yang dianalisis. Penerjemah DVD menggunakan empat jenis teknik untuk menerjemahkan kata-kata bahasa gaul. Sedangkan penerjemah Internet menggunakan lima jenis teknik untuk menerjemahkan 84 kata bahasa gaul. Hasil kualitas terjemahan DVD menunjukkan bahwa sebagian besar tidak akurat namun berterima.  Sebaliknya hasil terjemahan Internet menunjukkan bahwa lebih dari 50 % akurat dan berterima. Kata kunci: keakuratan, keberterimaan, DVD, internet, kata benda, bahasa gaul, teknik Abstract This research is designed to describe the techniques used by DVD and the Internet translators in translating slang words and to assess the accuracy and the acceptability of slang words translation both from DVD and the Internet versions. There are 84 data analyzed in this study. There are four classification techniques which are used by DVD translator. Meanwhile, there are five classification techniques which are used by the Internet translator. The result of translation accuracy of DVD version shows that most of the data belong to accurate translation, but belong to unacceptable translation. However, more than 50% of  data are included in accurate translation and categorized into acceptable translation. Key words: accuracy, acceptability, DVD, internet, noun, slang, techniques
Unipdu Jombang
2013-04-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/287
10.26594/diglossia.v4i2.287
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 4 No. 2 (2013): April
Diglossia; Vol 4 No 2 (2013): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/287/256
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/288
2020-07-09T02:21:54Z
diglosia:ART
KAJIAN HISTORISISME DALAM NOVEL KEINDAHAN DAN KESEDIHAN KARYA YASUNARI KAWABATA
LAILI, NURUL
Nurul Laili Prodi D3 Bahasa Jepang, Fakultas Bahasa dan Sastra UNIPDU dekiru22@gmail.com Abstract Beauty and Sadness is one of the famous novels that has earned the nobel prize written by Yasunari Kawabata, who is one of the novels that can be analyzed from different studies of literary theory. The study of psychology, feminism, new Historicism, and historicism is an example of a theory which is suitable for analyzing the novel. One of the theories that can be analyzed in the novel is The Historicism. Yasunari presents the results of this work by focusing on the various points of view of the author of the life of the original society in Japan. Based on a comparison of the author's biography and works, readers can understand that the author engaged in various forms of the setting and roles in the novel. The prominent points of the study of historicism in the novel is Kawabata retains the traditional values of Japan, which is considered very valuable although the story unfolds is the romance of life by modern society that hedonist. Keywords: history, biography, reflections Abstrak Novel Keindahan dan Kesedihan merupakan salah satu novel terkenal yang telah memperoleh nobel yang ditulis oleh Yasunari Kawabata, merupakan salah satu novel yang dapat dianalisis dari berbagai kajian teori sastra. Kajian feminisme, psikologi, historisisme, dan new historitisme merupakan contoh beberapa teori yang cocok untuk menganalisis novel tersebut. Salah satu teori yang dapat dianalisis dalam novel adalah historisisme. Yasunari menyajikan hasil karya ini dengan menitikberatkan berbagai macam sudut pandang pengarang dalam kehidupan aslinya di masyarakat Jepang. Berdasarkan perbandingan biografi pengarang dan hasil karya, pembaca dapat memahami bahwa pengarang ikut terlibat dalam berbagai bentuk setting dan peran di dalam novel. Poin yang menonjol tentang kajian historisime dalam novel ini adalah Kawabata tetap mempertahankan nilai-nilai tradisional Jepang yang dianggap sangat berharga meskipun kisah yang diungkapkan adalah romantika kehidupan masyarakat modern yang bebas. Kata kunci: sejarah, biografi, refleksi
Unipdu Jombang
2013-04-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/288
10.26594/diglossia.v4i2.288
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 4 No. 2 (2013): April
Diglossia; Vol 4 No 2 (2013): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/288/257
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/289
2020-07-09T02:21:54Z
diglosia:ART
KALIMAT YANG DIPRODUKSI OLEH MAHASISWA PASCASARJANA UNESA KETIKA MEMAPARKAN MAKALAH
ANDARI, NOVI
Novi Andari UNTAG Surabaya tyadandion@yahoo.com   Abstract When someone speaks is not free from the influence of the brain. here is a relationship between brain function resulting in the production of speech sentences. The good performance of the brain will result in a sentence that fairly well and smoothly. The study of the production line can not be done directly. It is impossible to dissect the skull to determine where and how the flow of electricity in our neurons that occurs. Carried observation sentence is issued, and noted how the sentence was issued, in which the speaker mute (pause), where he hesitated, and why he was silent and doubt, and what mistakes were made ​​by the speaker. Silence speaks situation also affects the tongue errors that occur during the production process sentences. To determine the location and shape of silence and errors tongue happens to a speaker in a formal forum do a little research. Scope of the small study conducted in a small forum that session S2 student seminar proposal Language and Literature Graduate Education Unesa class of 2011. The result is a silent zero and filled, and occurs in the clause and not much in between clauses. Silence is going to look for the right constituents to continue. Erros tongue is not so apparent that it can not be categorized in accordance with the theory presented. Key words : psikolinguistic, sentences production, silence, errors tongue Abstrak Saat seseorang berbicara tidak lepas dari pengaruh kerja otak. Ada hubungan antara otak dengan fungsi wicara sehingga menghasilkan produksi kalimat. Kinerja otak yang baik akan menghasilkan kalimat yang cukup baik dan lancar. Studi tentang produksi kalimat tidak dapat dilakukan secara langsung. Tidak mungkin membedah tengkorak untuk mengetahui di mana dan bagaimana aliran elektrik pada neuron kita itu terjadi. Yang dilakukan adalah mengobservasi kalimat yang diujarkan dan mencermati bagaimana kalimat itu diujarkan, di mana pembicara senyap (pause), di mana dia ragu, dan mengapa dia senyap dan ragu, serta kesalahan-kesalahan apa yang dibuat oleh pembicara. Situasi berbicara juga mempengaruhi kesenyapan dan kilir lidah yang terjadi selama proses produksinya kalimat. Untuk mengetahui letak dan bentuk kesenyapan serta kilir lidah yang terjadi pada seorang pembicara dalam forum yang formal dilakukan suatu penelitian kecil. Lingkup penelitian kecil tersebut dilakukan dalam forum kecil yaitu sesi seminar proposal mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Pascasarjana Unesa angkatan 2011. Hasilnya adalah senyapan yang terjadi adalah berupa senyapan diam dan terisi, dan terjadi di dalam klausa dan tidak banyak yang di antara klausa. Senyapan terjadi untuk mencari konstituen yang tepat untuk melanjutkan. Kilir lidah tidak begitu tampak sehingga tidak dapat dikategorikan sesuai dengan teori yang disampaikan. Kata Kunci: psikolinguistik, produksi kalimat, senyapan, kilir lidah
Unipdu Jombang
2013-04-24
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/289
10.26594/diglossia.v4i2.289
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 4 No. 2 (2013): April
Diglossia; Vol 4 No 2 (2013): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/289/258
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/315
2019-12-05T04:43:29Z
diglosia:ART
THE ISSUES OF ELIZABETHAN ERA AS REFLECTED IN THE THEMES OF SHAKESPEARE
Suciati, Endang
Abstrak
Artikel ini berbicara tentang tema-tema di Macbeth karya Shakespeare yang memiliki korelasi dengan kondisi dinasti Tudor khususnya di era Elizabeth. Berdasarkan konsep yang diajukan oleh Arnold Hauser pada Sociology of Arts, artikel ini menemukan bahwa beberapa tema di Macbeth karya Shakespeare dipengaruhi oleh kondisi sosial di era Elizabeth karena Shakespeare hidup di zaman itu. Dengan menganalisis teks dalam Drama Macbeth dan menggabungkannya dengan informasi tentang Shakespeare, karya-karyanya dan periodenya sebagai sumber tambahan, akan memunculkan beberapa tema yang mencerminkan era Elizabeth. Tema tersebut adalah ambisi, maskulinitas, dan kodrat serta ketidakwajaran.
Kata kunci: Elizabethan Era, Shakespeare, Macbeth
Unipdu Jombang
2013-09-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/315
10.26594/diglossia.v5i1.315
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 5 No. 1 (2013): Diglossia
Diglossia; Vol 5 No 1 (2013): Diglossia
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/315/282
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/316
2019-12-05T04:43:29Z
diglosia:ART
A STUDY OF SYMBOLS IN SUSAN GLASPELL
Sarah, Mai
Abstrak
There are many symbols presented in Susan Glaspell
Unipdu Jombang
2013-09-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/316
10.26594/diglossia.v5i1.316
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 5 No. 1 (2013): Diglossia
Diglossia; Vol 5 No 1 (2013): Diglossia
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/316/283
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/317
2019-12-05T04:43:29Z
diglosia:ART
WAJAH POLITIK AFGHANISTAN ERA 1933 ? 2002 DALAM THE KITE RUNNER KARYA KHALED HOSSEINI
Fanani, Ahmad
Abstract
'Kite Runner' tells the story of Afghanistan in 1970 to 2002. As like other countries, Afghanistan has a long and complicated history, but Afghanistan gets international attention since a coup in 1973. This article reveals how well the author, Khaled Hosseini, described the political realities in Afghanistan since 1933 to 2002. Though the main theme of this novel is about the friendship between Amir, of the tribe of the Pashtun majority, and Hassan, the Hazara ethnic minority, but this novel also tells a lot about the culture and politics of Afghanistan. In short, although 'The Kite Runner' tells the story of friendship, but it is also good enough to be used as a reference for those who want to know about the state of Afghanistan, not just about politics, but also the state of nature and culture.
Unipdu Jombang
2013-09-10
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/317
10.26594/diglossia.v5i1.317
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 5 No. 1 (2013): Diglossia
Diglossia; Vol 5 No 1 (2013): Diglossia
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/317/276
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/318
2019-12-05T04:43:29Z
diglosia:ART
CARNIVAL AND GROTESQUE BODY IN FARUK
Woodrich, Chris
Abstrak
Sastra tidak dapat dipisahkan dari situasi sosial yang ada ketika ia ditulis. Penulis, sebagai makhluk sosial, hidup dalam rangka sosial tertentu yang mempengaruhi dan ditanggapinya. Realitas sosial ini, jadi, dapat dilihat dalam karya sastra. Namun, ia tidak mesti akan dicerminkan secara langsung. Mikhail Bakhtin menulis bahwa karya sastra dapat membalikkan ideologi yang dominan dengan sifatnya yang carnivalesque. Cerita pendek Indonesia
Unipdu Jombang
2013-09-12
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/318
10.26594/diglossia.v5i1.318
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 5 No. 1 (2013): Diglossia
Diglossia; Vol 5 No 1 (2013): Diglossia
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/318/277
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/319
2019-12-05T04:43:29Z
diglosia:ART
CHARLOTTE BRONTTE
Andriadi, Andriadi
Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan representasi isu hak perempuan pada era pertengahan Victoria (1848 ? 1870) melalui novel Jane Eyre karya Charlotte Bronte. Hasilnya menunjukan bahwa Charlotte Bronte melalui karya Jane Eyre tidak hanya berusaha keluar dari opresi dan subordinasi kaum laki-laki saat itu, tetapi juga keluar dari seterotipe kaum perempuan pada masyarakat patriarki. Melalui karya ini ia juga menunjukan bahwa perempuan harus menjadi individu mandiri yang dapat dibentuk melalui pendidikan untuk memperoleh kecerdasan intelektual agar eksistensi mereka di masyarakat menjadi bahan pertimbangan khususnya dalam kehidupan sosial. Ide penting lainnya adalah kebebasan dalam menentukan pasangan (free love), menikah berdasarkan cinta bukan berdasarkan pertimbangan kekayaan. Isu terpenting yang disampaikan dalam karya ini adalah wanita juga bisa menjadi subjek yang aktif ? wanita, khususnya seorang istri, juga mampu menjadi penopang ekonomi dalam kehidupan keluarga.
Kata kunci: Hak Perempuan, Era Pertengahan Victoria.
Unipdu Jombang
2013-09-18
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/319
10.26594/diglossia.v5i1.319
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 5 No. 1 (2013): Diglossia
Diglossia; Vol 5 No 1 (2013): Diglossia
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/319/278
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/319/279
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/319/280
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/319/302
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/325
2019-12-05T04:43:29Z
diglosia:ART
WISDOM AS MOTIF IN FOLKTALES THE GOOD PEASANT
Fanani, Abu
Abu Fanani, S.S., M.Pd
Institut Agama Islam Sunan Ampel Surabaya
abufanani@yahoo.com
Abstrak
Dalam artikel ini, penulis membahas tentang kebijaksanaan (wisdom) sebagai motif dalam empat cerita rakyat dari empat budaya yang berbeda: the Good Peasant
Unipdu Jombang
2013-09-20
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/325
10.26594/diglossia.v5i1.325
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 5 No. 1 (2013): Diglossia
Diglossia; Vol 5 No 1 (2013): Diglossia
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/325/281
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/345
2020-07-09T02:19:49Z
diglosia:ART
KONSTITUENSI DALAM PROSES PENERJEMAHAN (Sebuah Tinjauan Singkat)
Sujono, Adiloka
Abstrak
Konstituensi memiliki peranan yang sangat penting dalam memahami sebuah kalimat. Jika terjemahan kalimat yang tepat tercapai, peran konstituen sangat bermanfaat guna memfasilitasi proses pengalihan makna kalimat dari bahasa sumber (Bsu) ke dalam bahasa sasaran (Bsa). Pada akhirnya, peran konstituen tersebut akan mampu menghasilkan terjemahan yang akurat, jelas dan alamiah.
Kata kunci: konstituen, pengiriman pesan, proses penerjemahan Abstract
Abstract
Constituency plays an important role in understanding a sentence. If a proper translation of the sentence is attained, it hopefully in turns may facilitate the process of transfer of the sentence meaning from the source language into the target language. At the end, an accurate, clear and natural translation will be produced.
Keywords: constituent, message transmission, translation process
Unipdu Jombang
2014-09-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/345
10.26594/diglossia.v6i1.345
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 6 No. 1 (2014): September
Diglossia; Vol 6 No 1 (2014): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/345/310
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/346
2020-07-09T02:19:49Z
diglosia:ART
DONGENG DAN BUDAYA DALAM CERITA BEAUTY AND THE BEAST DAN THE FAIRY SERPENT
Putri, Trikaloka Handayani
Abstrak
Cerita rakyat sangat mudah ditemukan di negara mana saja. Beauty and the Beast merupakan salah satu cerita rakyat yang sangat dikenal tidak hanya di negaranya saja tetapi di seluruh dunia. Bahkan di beberapa negara mempunyai cerita rakyat yang serupa dengan alur cerita Beauty and the Beast. Artikel ini membahas persamaan atau archetype yang ada diantara Beauty and the Beast dan salah satu versinya The Fairy Serpent, sebuah cerita rakyat dari Cina. Persamaan antara tokoh dan penokohan, alur cerita merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih dalam. Selain itu, penggambaran sosok the Beast yang berbeda antara kedua cerita rakyat tersebut yang sangat erat kaitannya dengan budaya masing-masing juga merupakan isu yang akan digali di dalam artikel ini.
Kata kunci: cerita rakyat, dongeng, archetype
Abstract
Folklore can be easily found in any country. There are many kinds of folklore like legends, folktales, fairytales, jokes, etc. Beauty and the Beast is one of folktales that not only well-known in the country the story made but also around the world. Furthermore, in some countries have a similar folklore with Beauty and the Beast story
Unipdu Jombang
2014-09-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/346
10.26594/diglossia.v6i1.346
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 6 No. 1 (2014): September
Diglossia; Vol 6 No 1 (2014): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/346/311
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/347
2020-07-09T02:19:49Z
diglosia:ART
KETEPATAN PERGESERAN DAN HASIL TERJEMAHAN PADA STRUKTUR KELOMPOK NOMINA DALAM TEKS ILMIAH (PENDEKATAN LINGUISTIK SISTEMIK FUNGSIONAL) (Analisis buku Wireless Networking and the Developing World Dan Buku Terjemahannya)
Bramono, Nurdin
Abstrak
Dalam setiap teks bidang sains akan mudah ditemukan frasa nomina. Frasa ini tersusun dari kata benda sebagai inti dan unsur penjelas. Menurut Halliday (2005) terdapat empat macam frasa nomina. Mereka adalah pre-classifier, classifier thing, pre-deictic dan possessive deictive^thing. Dalam makalah ini penulis menganalisis sejumlah data frasa nomina dari buku yang berjudul Wireless Networking in the Developing World dan versi terjemahan nya. Fokus makalah ini terletak dalam ketepatan pergeseran dan hasil terjemahannya. Berdasarkan hasil analisis bisa disimpulkan bahwa pada data analisis frasa nomina terbagi menjadi dua, yakni frasa classifier^thing dan pre-classifier. Frasa nomina jenis classifier^thing sering bergeser menjadi thing^classifier. Namun, ada juga yang berubah menjadi pre-classifier. Pergeseran tersebut tidak berdampak terhadap keakuratan makna. Makna terjemahan yang dihasilkan tergolong akurat. Sementara itu, terjemahan frasa jenis pre-classifier mengalami pergeseran bentuk. Namun keakuratan terjemahan nya tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh hilang nya aspek informasi bahasa sumber ketika
diterjemahkan.
Kata kunci: ketepatan pergeseran, penerjemahan, struktur pergeseran nomina
Abstract
Nominal phrase is easily found in scientific text. Mostly it consists of thing and classifier. Halliday (2005) explained that there are four different nominal phrases. They are pre-classifier, classifier thing, pre-deictic d possessive deictive^thing. This paper will analyze a number of nominal phrase in a book
entitled Wireless Networking in the Developing World and the translation.This paper focused on shifting and translation accuracy. Based on the result analysis, it can be concluded that there have been found two kind of nominal phrases, they are classifier^thing and pre-classifier. It was also often found that classifier^thing shifted into things^classifier. But there was one of this type nominal phrase shifted into pre-classifier. Meanwhile the shifted did not influence the translation text. The accuracy is good. In the meantime, the shifted in pre-classifier type lead into inaccuracies. The grammatical structure is ambiguous which do not suitable in target language linguistic system.
Keywords: shifting of accuracy, translation, nominal phrase structure
Unipdu Jombang
2014-09-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/347
10.26594/diglossia.v6i1.347
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 6 No. 1 (2014): September
Diglossia; Vol 6 No 1 (2014): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/347/312
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/348
2020-07-09T02:19:49Z
diglosia:ART
ANALISIS DEKONSTRUKSI TERHADAP TIGA DONGENG GRIMMS BERSAUDARA: RAPUNZEL, SNOW DROP, DAN ASHPUTTEL
Syafrina, Rany
Abstrak
Snow Drop, Ashputel dan Rapunzel merupakan cerita dongeng yang dituliskan oleh Grimms bersaudara. Karya ini telah dinikmati oleh anak-anak di seluruh penjurudunia, karya ini juga sering digunakan sebagai media pendidikan untuk mengajarkan kepada anak-anak akan pentingnya kejujjuran dan kebajikan. Para pembaca seringkali melihat ketiga karakter utama yang hadir dalam kaya sastra tersebut sebagai sosok wanita ideal, karena mereka dihadirkan sebagai sosok yang cantik dan berbudi luhur. Namun kenyataannya, karya sastra memiliki makna yang lebih dari satu; sosok yang seharusnya dihadirkan dalam karya sastra tersebut tidak tunggal. Penelitian ini berusaha untuk menemukan teks minor yang hadir dalam karya sastra dengan menggunakan teori dekonstruksi yang diperkenalkan oleh Derrida yang beranggapan bahwa karya sastra tidak monophony. Dengan teori ini, dapat ditemukan text minor dalam karya Grimms bersaudara dan membentuk makna baru; sehingga makna dari karya sastra tersebut tertunda. Teori dekonstruksi memungkinkan kita untuk melihat makna lain dalam karya sastra yang berjudul Snow Drop, Ashputel and Raounzel.
Kata Kunci: analisis dekonstruksi, Rapunzel, Snow Drop, Ashputtel
Abstract
Snow Drop, Ashputel and Rapunzel are the fairytales which are written by the Grimm
Unipdu Jombang
2014-09-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/348
10.26594/diglossia.v6i1.348
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 6 No. 1 (2014): September
Diglossia; Vol 6 No 1 (2014): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/348/313
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/349
2020-07-09T02:19:49Z
diglosia:ART
KECEMASAN DALAM CERPEN AN ANXIOUS MAN KARYA JAMES LASDUN
Fanani, Achmad
Abstrak
Cerpen An Anxious Man ini ditulis oleh James Lasdun, seorang penulis Inggris yang sekarang tinggal di AS. Cerpen ini sangat menarik untuk didiskusikan karena kecemasan adalah salah satu fenomena yang marak di Indonesia akhir-akhir ini. Dalam artikel ini ditemukan bahwa kecemasan yang dialami oleh tokoh utama adalah dikarenakan oleh pekerjaannya yang bersifat
Unipdu Jombang
2014-09-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/349
10.26594/diglossia.v6i1.349
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 6 No. 1 (2014): September
Diglossia; Vol 6 No 1 (2014): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/349/314
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/350
2020-07-09T02:19:49Z
diglosia:ART
KAJIAN MIMESIS DALAM NOVEL NORUWEI NO MORI
Rahayuningtyas, Putri
Abstrak
Cerita dalam novel merupakan pencerminan kehidupan kita sehari-hari dalam kehidupan bermasyarakat. Karena setiap sastrawan dengan segala latar belakang kehidupan memotret dan memaknai kehidupan di sekitarnya kemudian diekspresikan melalui karya sastra dan salah satunya ada pada sebuah novel yang diciptakan. Oleh karena itu untuk menkaji lebih dalam digunakanlah kajian memetik. Cerita dalam novel Noruwei no Mori dipilih untuk dikaji karena menggambarkan tentang kehidupan sehari-hari seorang remaja dan berstatus sebagai mahasiswa yang mencerminkan kehidupan di dunia nyata. Untuk mengetahui gambaran kehidupan mahasiswa baru dalam novel dengan kehidupan mahasiswa di dunia nyata, gambaran kehidupan pertemanan seorang mahasiswa dalam novel dengan kehidupan pertemanan di dunia nyata dan gambaran tentang kisah cinta seorang mahasiswa dalam novel dengan kisah cinta dunia nyata. Hasil penelitian ini adalah cerita pada novel Noruwei no Mori ini merupakan cerminan dari kehidupan nyata seorang mahasiswa.
Kata Kunci: mimetik, Noruwei no Mori, mahasiswa
Abstract
The stories in the novel sometimes are a reflection of our everyday life in society since many of man of letters has a certain life background to express and reflected into a literary works, for example novel. Therefore, there is a useful approach that can be used to analyze a literary work deeply. That is mimetic. Mimetic learns how a real life is reflected in a literary works. The story in Noruwei no Mori novel is chosen to be analyzed since it illustrates a daily life of a teenager (college student). In addition, this research also reveals the daily life of new college students in the novel and in our real life, how they make friends and also their love story. After doing analysis, it can be concluded that the story in Noruwei no Mori novel is a reflection of the real life of a new college students.
Key words: mimetic, Noruwei no Mori, college students
Unipdu Jombang
2014-09-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/350
10.26594/diglossia.v6i1.350
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 6 No. 1 (2014): September
Diglossia; Vol 6 No 1 (2014): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/350/315
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/351
2020-07-09T02:20:41Z
diglosia:ART
MEMBACA NOVEL THE NOTEBOOK KARYA NICHOLAS SPARKS: DAMPAK PEMBACAAN NOVEL ROMAN POPULER TERHADAP PEREMPUAN
Roifah, Miftahur
Abstrak
Tulisan ini menyajikan penjelasan tentang efek dari pembacaan novel populer yang bergenre roman terhadap pembaca perempuan. Roman adalah salah satu
jenis dari novel populer yang banyak digemari oleh pembaca perempuan. Roman yang berisikan tentang cerita percintaan ini, cerita di dalamnya dapat menguras emosi dan perasaan dari pembacanya, terutama pembaca perempuan. Perempuan
yang memiliki sisi emosional dan sentimentil lebih tinggi dibandingkan laki-laki,
akan lebih mudah terhanyut dan terbawa oleh jalan cerita yang ada dalam roman. Tulisan ini akan menganalisa efek yang diberikan dari pembacaan novel The Notebook oleh pembaca perempuan terhadap sisi psikologis mereka. Efek tersebut berhubungan dengan bagaimana novel roman populer secara langsung dan tidak langsung membentuk dan mempengaruhi cara berfikir pembaca perempuannya melalui kisah-kisah percintaan yang ada di dalamnya.
Kata kunci: roman, pembaca perempuan, efek psikologis
Abstract
This paper presents an explanation of the effect of readership a popular romance novel toward female readers. Roman is one kind of popular novels that are much
favored by female readers. This roman contains a love story that can drain the emotions and feelings of the readers, especially women readers. Women who
have emotional and sentimental side is higher than men, it will be easier swept
and carried away by the stories that exist in romance. This paper will analyze the effect given from reading the novel The Notebook by female readers for their psychological side. The effect is related to how popular romance novels directly and indirectly shape and influence the way of thinking of her readers through the stories of romance in it.
Keywords: romance, female readers, psychological effects
Unipdu Jombang
2014-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/351
10.26594/diglossia.v5i2.351
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 5 No. 2 (2014): April
Diglossia; Vol 5 No 2 (2014): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/351/316
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/352
2020-07-09T02:20:41Z
diglosia:ART
MENGENAL LEBIH DEKAT MENGENAI BUSHU KANJI
Khoiriyah, Amalia Rizqi
Abstrak
Merupakan hal yang wajar, ketika belajar bahasa asing, kita akan menemukan hal-hal yang sulit untuk dipelajari.Kesulitan ini mungkin termasuk tata bahasa, pengucapan, kosakata dan sebagainya.Dalam mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing salah satu kesulitan tersebut adalah mengenai huruf.Dalam bahasa Jepang, penulisan huruf dilakukan dengan goresan .Jepang memiliki empat jenis karakter yang kesemuanya berbeda dalam penulisan. Huruf-huruf tersebut adalah hiragana, katakana, kanji dan romaji.Huruf Hiragana dan Katakana sering disebut dengan Kana. Dan hal yang paling sulit bagi pembelajar asing bahasa Jepang adalah huruf kanji. Pada umumnya, seorang pembelajar pemula mempelajari kanji dengan cara mengingat bentuk dan cara bacanya saja tanpa memahami formasi goresannya. Sehingga kanji yang telah dihafal akan dengan mudah terlupakan karena cara menghafalnya tanpa menghubungkan makna dari karakter dasar kanji tersebut. Tapi, jika belajar kanji dengan Bushu atau dengan karakter- karakternya, menghafal dan mencari kanji di kamus kanji akan lebih mudah .
Kata Kunci: kanji, bushu, hiragana, katakana
Abstract
It is a natural thing, when learning a foreign language, we will see things that are difficult to learn. These difficulties may include grammar, pronunciation, vocabulary, and so forth. In studying the Japanese language as a foreign language one of the difficulties is the letters. In the Japanese language, writing letters is done with scratches. Japan has four different kinds of characters that are all different in the writing. These letters are hiragana, katakana, kanji and romaji. Hiragana and katakana letters are often referred as kana. And the most difficult thing for Japanese language learners is about kanji. In general, a beginner learn kanji from memorize manner and how to read it without understanding the formation of scratch itself. So that the scratch that has been memorized will be easily forgotten again because the way of the memorizing without connecting the basic kanji characters meaning. But, if we learn kanji with bushu or with its characters, memorize and search it in the dictionary kanji will be easy.
Key words: kanji, bushu, hiragana, katakana
Unipdu Jombang
2014-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/352
10.26594/diglossia.v5i2.352
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 5 No. 2 (2014): April
Diglossia; Vol 5 No 2 (2014): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/352/317
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/353
2020-07-09T02:20:41Z
diglosia:ART
PENERJEMAH, PENERJEMAHAN, DAN BUDAYA
Setyaji, Arso
Abstrak
Dalam penerjemahan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia atau Indonesia ke bahasa Inggris, kita sering menemukan istilah budaya mengandung makna konsep yang berbeda atau bahkan tidak ada dalam budaya penerjemah. Perbedaan makna konsep ini akan membuat penerjemah kesulitan dalam menerjemahkan atau mencari ekuivalensi atau padanan. Istilah-istilah budaya ini terkait dengan subsistem budaya yang meliputi: ideologi, struktur sosial, teknoekonomi, dan kepribadian.
Kata kunci: translator, istilah budaya, terjemahan
Abstract
In translation from English into Indonesian or Indonesian into English, we often find cultural terms containing different concept meanings or even aren
Unipdu Jombang
2014-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/353
10.26594/diglossia.v5i2.353
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 5 No. 2 (2014): April
Diglossia; Vol 5 No 2 (2014): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/353/318
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/354
2020-07-09T02:20:41Z
diglosia:ART
ANALISIS IMPLIKATUR PADA FILM FORREST GUMP DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS TERJEMAHAN (Pendekatan Pragmatik)
Nugraha, Septianingrum Kartika
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis maksim
cemohan dalam film Forrest Gump, implikatur, dan dampaknya terhadap kualitas terjemahan dari aspek keakuratan dan keberterimaan. Setelah dilakukan analisis, ditemukan 3 kategori maksim cemohan antara lain jenis cemohan antar maksim, maksim cemohan kuantitas, dan maksim cemohan kualitas. Adanya pelanggaran maksim- maksim tersebut mangandung implikatur yang mempunyai tujuan khusus seperti meyakinkan seseorang, mengekspresikan perasaan dan kondisi, menolak, mengklarifikasikan sesuatu, meminta maaf, menentukan kepastian, dan menyembunyikan perasaan dan kondisi. Dari segi keakuratan, terjemahan ucapan yang mengandung pelanggaran maksim ditemukan adanya 9 data (90%) tergolong pada terjemahan akurat dan 1 data (10%) tergolong pada terjemahan kurang akurat. Sedangkan dari segi keberterimaan, terjemahan ucapan yang mengandung pelanggaran maksim ditemukan adanya 6 data (60%) tergolong pada terjemahan yang berterima, 1 data (10%) tergolong terjemahan yang kurang berterima, dan 3 data (30%) tergolong pada terjemahan yang tidak berterima.
Key words: keakuratan, keberterimaan, pelanggaran maksim, implikatur
Abstract
This study was conducted to describe and analyze the maxim of insulting occurred in the movie Forrest Gump, implicature, and the impact on the translation quality including two aspects: accuracy and acceptability. After analysis, it was found 3 categories of insulting. They are insulting among maxims, insulting maxims of quantity, and insulting maxims of quality. The maxims flouted by speakers have implicatures with certain intention, such as convincing someone, expressing feeling and condition, showing refusal, clarifying something, asking for forgiveness, looking for certainty, and hiding feeling and conditions. The result of translation accuracy of flouting the maxim shows that there are 9 data (90%) belong to accurate translation and one datum
(10%) is categorized into less accurate translation. Meanwhile, the analysis of acceptability translation shows that there are 6 data (60%) categorized into acceptable translation, one datum (10%) is included in the less acceptable translation, and 3 data (30%) belong to unacceptable translation. Key words: accuracy, acceptability, flouting the maxim, implicature
Unipdu Jombang
2014-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/354
10.26594/diglossia.v5i2.354
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 5 No. 2 (2014): April
Diglossia; Vol 5 No 2 (2014): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/354/319
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/355
2020-07-09T02:20:41Z
diglosia:ART
KEMAMPUAN MENGGUNAKAN PARTIKEL, PERUBAHAN KATA SIFAT, DAN KATA TANYA BAHASA JEPANG KELAS XI BAHASA SMA KEMALA BHAYANGKARI TAHUN AJARAN 2006/2007
Andriani, Rina Suci
Abstrak
Mampu menggunakan bahasa Jepang dengan baik adalah tujuan belajar bahasa asing Bahasa. Dalam kegiatan belajar bahasa asing, membuat kesalahan
merupakan hal yang tidak bisa dihindari, begitu pula dalam mempelajari bahasa Jepang. Dengan membuat kesalahan, diharapkan siswa dapat memahami lebih baik tentang apa yang telah mereka pelajari. Peserta didik SMA yang belajar
bahasa Jepang diharapkan mampu memahami pola dasar bahasa Jepang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa level SMA sederajat di SMA KEMALA Bhayangkari Surabaya kelas XI dalam hal penggunaan partikel partikel (Joshi), perubahan kata sifat (keiyoushi ada Henka), dan kata tanya (Gimon shi). Setelah melakukan analisis, skor penilaian siswa di untuk penggunaan partikel dikatakan baik dengan skor 69,56 sedangkan untuk perubahan kata sifat (keiyoushi ada Henka) dinyatakan cukup dengan nilai 67,89 dan kemampuan siswa perihal kata tanya (Gimon Shi) dinyatakan cukup baik dengan skor 76,81.
Kata kunci: partikel (joshi), perubahan kata sifat (keiyoushi ada Henka), kata tanya (Gimon shi)
Abstract
Being able to use the Japanese language properly is the purpose of learning a
foreign language Bahasa. In the activities of learning foreign language, it can not be separated from making mistakes, especially in learning Japanese language. By making mistakes, it is expected that students can understand better about what they have learned. High school learners who learns foreign languages like Japanese are expected to understand the basic Japanese patterns. Thus, this research is conducted on the ability of high school students in high school English class XI KEMALA Bhayangkari Surabaya in working on particles (Joshi), adjectives changes (keiyoushi no Henka), and question words (Gimon shi). After doing analysis, the results found that student
Unipdu Jombang
2014-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/355
10.26594/diglossia.v5i2.355
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 5 No. 2 (2014): April
Diglossia; Vol 5 No 2 (2014): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/355/320
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/356
2020-07-09T02:20:41Z
diglosia:ART
PRAANGGAPAN DAN PERIKUTAN DALAM BAHASA INGGRIS DAN BAHASA JEPANG
Indrowaty, Sri Aju
Abstrak
Bahasa memiliki peran penting dalam komunikasi manusia. Tanpa bahasa, manusia tidak dapat melakukan interaksi satu sama lain. Penelitian ini berkaitan dengan analisis struktural dan tindak tutur yang merupakan bagian dari pragmatik. Ketika pembicara mengatakan sesuatu, pendengar harus memahami maksud pembicara. Dalam hal ini, praanggapan dan perikutan dapat ditemukan dalam Bahasa Inggris maupun Bahasa Jepang. Penelitian ini akan membahas lebih lanjut tentang perbedaan praanggapan dan perikutan dalam bahasa Inggris dan Bahasa Jepang.
Kata Kunci: pragmatik, praanggapan, perikutan
Abstract
Language has an important role in human language communication. Without a languge, human cannot do interaction to each other. This research is related to structural analysis and speech act, a part of pragmatics. When a speaker says something, a hearer should understang the intention of speakers. It turns out both English and Japanese a presupposition and entailments. This research will explore more about differences of presupposition and entailments in English and Japanese.
Key Words: pragmatics, presupposition, entailment
Unipdu Jombang
2014-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/356
10.26594/diglossia.v5i2.356
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 5 No. 2 (2014): April
Diglossia; Vol 5 No 2 (2014): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/356/321
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/387
2020-07-09T02:19:22Z
diglosia:ART
ANALISIS FORMULA TERHADAP POPULARITAS NOVEL THE KITE RUNNER KARYA KHALED HOSSEINI (AN ANALYSIS OF FORMULA TOWARDS THE POPULARITY OF THE KITE RUNNER NOVEL BY KHALED HOSSEINI)
Endang Suciati, Endang
Abstrak
Novel
Unipdu Jombang
2015-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/387
10.26594/diglossia.v6i2.387
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 6 No. 2 (2015): April
Diglossia; Vol 6 No 2 (2015): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/387/341
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/388
2020-07-09T02:19:22Z
diglosia:ART
PERUBAHAN BAHASA DALAM PERSPEKTIF PRE NEOGRAMMARIAN DAN NEOGRAMMARIAN DAN PENGAJARAN BAHASA DALAM KONTEKS EFL ( PRE-NEOGRAMMARIAN AND NEOGRAMMARIANS
Qoyyimah, Uswatun
Abstrak
Artikel ini menjelaskan dua perspektif yang berbeda dalam menanggapi perubahan dalam bahasa, dan memadukan dua perspektif tersebut dalam pengajaran bahasa Inggris yang dilakukan dalam konteks bahasa Inggris sebagai bahasa asing (EFL context). Pra-Neogrammarian dan Neo-grammarians yang masing masing menjelaskan bahwa perubahan pada bahasa dapat mengarah ke perusakan atau peningkatan eksistensi bahasa akan diuraikan dalam artikel ini. Selain itu artikel ini menjelaskan bahwa teori berasal dari kedua perspektif dapat diterapkan untuk menganalisa bahasa apapun. Jika terjadi kontak budaya antara dua bahasa, bahasa yang dominan akan cenderung menekan bahasa non-dominan. Oleh karena itu, selain fokus pada perubahan yang terjadi dalam bahasa Inggris dan efek perubahan dalam bahasa Inggris, artikel ini juga menjelaskan bahwa bahasa bahasa local juga mengalami perubahan sebagai akibat dari interaksi penggunanya dengan bahasa Inggris. Kemudian, artikel ini juga menawarkan tindakan yang harus dilakukan oleh guru dalam menyikapi berbagai akibat dari perubahan bahasa tersebut dan menguraikan dilemma yang dirasakan oleh guru atas pergesekan dua bahasa tersebut.
Kata kunci: EFL konteks, variasi bahasa Inggris, Neogrmmrianns, Pre
Neogramarian, perubahan bahasa, pengajaran bahasa.
Abstracts
This article describes different perspectives in response to language change, and aligns the perspectives of language change to English language pedagogy in non- English speaking contexts. The Pre-Neogrammarian and Neo-grammarian linguists that believe the change leads to respectively language decay or language existence will be outlined. This article suggests that the theories derived from both perspectives can be applied to any language. Once there is cultural contact between languages, the dominant language tends to suppress the non-dominant language. Hence, besides focusing on changes that happen in English and the effects of the changes into this language, this article also considers that other language
Unipdu Jombang
2015-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/388
10.26594/diglossia.v6i2.388
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 6 No. 2 (2015): April
Diglossia; Vol 6 No 2 (2015): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/388/342
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/389
2020-07-09T02:19:22Z
diglosia:ART
PENGGUNAAN VARIASI BAHASA JAWA OLEH PARA MAHASISWA UNIPDU JOMBANG (THE USE OF JAVANESE VARIATION BY THE STUDENTS OF UNIPDU JOMBANG)
Zulfikar, Afifa S.
Abstrak
Bahasa Jawa memiliki beberapa tingkatan: krama, madya dan ngoko
dengan fungsi-fungsi khasnya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana responden menggunakan tingkatan bahasa Jawa dalam berkomunikasi dengan orang-orang di sekitar mereka. Berdasarkan survei yang dilakukan, dapat diketahui bahwa responden cenderung menggunakan tipe T dalam berkomunikasi dengan keluarga termasuk dengan orang tua mereka, dan juga teman-teman mereka. Namun tingkatan bahasa Jawa
Unipdu Jombang
2015-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/389
10.26594/diglossia.v6i2.389
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 6 No. 2 (2015): April
Diglossia; Vol 6 No 2 (2015): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/389/343
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/390
2020-07-09T02:19:22Z
diglosia:ART
DASAR PERBEDAAN SECARA FONETIS BUNYI KONSONAN OBSTRUENT DAN SONORAN (THE PHONETIC BASIS FOR THE DISTINCTION OF OBSTRUENT AND SONORANT CONSONANTS)
Farid, Achmad
Abstrak
Menurut keberadan aliran udara ketika memproduksi bunyi bahasa, bunyi konsonan dapat dibagi menjadi obstruen dan sonorant (Rice, 1993). Artikel ini berusaha menjelaskan perbedaan antara bunyi konsonan obstruen dan sonoran. Selanjutnya, tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan alasan mengapa bunyi voiced implosives, tap dan flap, dan thrill yang sulit untuk dikategorikan sebagai bunyi sonoran atau obstruen. Setelah membahas kedua kategori bunyi secara menyeluruh, ditemukan bahwa perbedaan mendasar antara obstruen dan sonoran terletak pada keadaan pita suara, apakah pita suara bergetar atau tidak, dan juga terletak pada aliran udara, apakah aliran udara terhambat atau terhalang. Implosif bersuara sulit untuk dikategorikan sebagai obstruen dan sonoran karena sebenarnya bunyi tersebut termasuk bersuara (voiced), sedangkan obstruen pada umumnya tak bersuara (voiceless). Selain itu, ketika bunyi ditahan dan dilepasakan membuat bunyi flaps dan taps, dan thrills sulit untuk dikategorikan sebagai obstruen atau sonoran. Bunyi-bunyi tersebut dapat dianggap sebagai sonoran jika kita menekankan pada fase ketika bunyi itu ditahan. Namun bunyi-bunyi tersebut dianggap sebagai sonoran jika kita menekankan pada fase dilepaskannya bunyi-bunyi tersebut.
Kata kunci: sonorants, obstruents, voiced implosives, trills, flaps and taps
Abstract
According to the state of airflow when producing sounds, consonants can be
divided into obstruents and sonorants (Rice, 1993). This article attempts to elucidate the differences between obstruent and sonorant consonants. Further, it aims to explain the reasons why voiced implosives, tap and flap, and trill consonants are difficult to be categorized as sonorants or obstruents. After discussing the the two category of sounds thoroughly, it was found that the underlying distinction between obstruents and sonorants lies in the vocal fold status, whether it is vibrating or not, and in the airstream flow, whether it is obstructed or unobstructed. Voiced implosives are difficult to be categorized as obstruent and sonorants because of in fact they are voiced, while obstruents are commonly voiceless. In addition, the hold and release phase makes the flaps and taps and trills difficult to be categorized as obstruents or sonorants. They can be
treated as sonorants if we highlight their hold phase and as sonorants if we emphasize on their release phase.
Key words: sonorants, obstruents, voiced implosives, trills, flaps and taps
Unipdu Jombang
2015-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/390
10.26594/diglossia.v6i2.390
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 6 No. 2 (2015): April
Diglossia; Vol 6 No 2 (2015): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/390/344
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/391
2020-07-09T02:19:22Z
diglosia:ART
KONSEP BAHASA DAN PIKIRAN DALAM PEMAHAMAN BAHASA JEPANG (A CONCEPT OF LANGUAGE AND MIND IN UNDERSTANDING JAPANESE)
Laili, Nurul
Abstrak
Berdasarkan beberapa kategori menurut beberapa ahli dan contoh dalam pemahaman bahasa Jepang, diketahui bahwa
Unipdu Jombang
2015-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/391
10.26594/diglossia.v6i2.391
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 6 No. 2 (2015): April
Diglossia; Vol 6 No 2 (2015): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/391/345
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/392
2020-07-09T02:19:22Z
diglosia:ART
NOVEL DARMAGANDHUL DALAM TINJAUAN PASCASTRUKTURALISME ROLAND BARTHES (DARMAGANDHUL NOVEL IN ROLAND BARTHES
Satrya, Dharma
Abstrak
Tulisan ini merupakan pembacaan novel Darmagandhul dengan teori Roland Barthes. Pembacaan dilakukan dengan tujuan mendeskripsikan teks sebagai entitas yang plural, yang memungkinkan berbagai kemungkinan muncul, sehingga metode yang digunakan adalah metode interpretasi, yaitu dengan menginterpretasi teks-teks yang berdasarkan pada keluasan pandangan yang menginterpretasi tersebut. Tulisan ini menginterpretasi manifestasi lima kode Roland Barthes dalam novel tersebut. Kode hermeneutika termanifestasi dalam Darmagandhul sebagai manusia yang menjalankan pancadharma, yang lahir ketika dharma sedang dijalankan, yang lahir sebagai akibat laku berdharma. Kode Semik termanifestasi pada Darmagandhul yang lahir dan diberi nama itu sebagai akibat adanya orang yang berperilaku dharma, yaitu Kidang Sengkelat, ayah dari Darmagandhul. Kode Proaritik termanifestasi pada Darmagandhul sebagai awal, jalan, isi, hasil, akhir, dan tujuan. Kode Kultural termanifestasi pada pengetahuan tentang sejarah dan sastra sebagai acuan dari novel tersebut. Kode Simbolik termanifestasi pada Darmagandhul sebagai lambang kedamaian, lambang dari pengetahuan, lambang dari kebaikan, lambang keharmonisan dalam sebuah relasi antara manusia dengan Tuhan, diri, dan alam semesta.
Kata Kunci: Novel Darmagandhul, interpretasi, kode Barthes.
Abstract
This writing is about the reading of Darmagandhul novel using Roland Barthes
theory. The objective of the reading was describing the texts as plural entity, that gives chance for some possibilities. So that, it used interpretation method which was interpreting the texts based on the wide view of the interpreter. This writing interpreted the manifestation of Roland Barthes five codes in the novel. Hermenutic code was manifestated in Darmagandhul as human that run pancadharma which was born when dharma was being done, which was born as the result of dharma behave, which is through it, the dharma can be revealed both in zahir and mahir. Dharma became motivation for the behaviour of its character. Semic code was manifestated in Darmagandhul which was born and given that name as the result of the person who did the dharma behave, he was Kidang Sengkelat, the father of Darmagandhul. Proaritic code was manifestated
in Darmagandhul as the beginning, the way, the content, the result, and the goal. Cultural code was manifestated to historical knowledge and literature as the guide of the novel. Simbolic code was manifestated as the symbol of peacefullness, knowledge, goodness, and harmony in the relation between human and God, self, and universe.
Key words: Darmagandhul novel, interpretation, Barthes
Unipdu Jombang
2015-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/392
10.26594/diglossia.v6i2.392
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 6 No. 2 (2015): April
Diglossia; Vol 6 No 2 (2015): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/392/346
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/393
2020-07-09T02:18:46Z
diglosia:ART
MITIGASI: UPAYA PENGHALUSAN TUTURAN SEBAGAI WUJUD STRATEGI KESANTUNAN
Mansur, Angga Aminullah
Abstrak
Dalam komunikasi antarpribadi, keadaan muka (face) tiap peserta tutur yang
terlibat dalam sebuah percakapan dikatakan senantiasa dalam keadaan terancam. Tuturan yang diujarkan oleh seorang penutur berisiko mengakibatkan tindak
pengancaman muka (face threatening act) bagi petuturnya. Untuk menghindarkan
diri dari tindak pengancaman muka (face threatening act) tersebut serta untuk mencapai tujuan komunikasi sebagaimana dikehendaki, sebuah upaya penghalusan tuturan atau mitigasi lazim dilakukan. Tulisan ini akan membahas mitigasi ditinjau dari sudut pandang pragmatik; yakni sebuah upaya penghalusan tuturan sebagai wujud dari strategi kesantunan (politeness strategy). Beberapa teori mitigasi dari beberapa pakar akan dipaparkan. Bentuk-bentuk mitigasi dan korelasinya dengan prinsip-prinsip kesantunan sebagai sebuah konsep budaya yang universal tak luput dari pokok bahasan tulisan ini.
Kata kunci : mitigasi, bentuk, strategi kesantunan, prinsip kesantunan
Abstract
In an interpersonal communication, someone's face always tends to be in a
threatened condition. The utterance uttered by a speaker tends to cause a face threatening act on its hearer. To keep one's face away from this face threatening act and to achieve the objective of communication, some softening act of an utterance known as mitigation needs to be done. This paper discusses mitigation from pragmatics point of view; that is, a speech softening-act as a form of politeness strategy. Some theories of mitigation are also presented. The forms of mitigation and its correspondence to politeness principles as a culture-universal concept are also discussed.
Key words: mitigation, forms, politeness strategy, politeness principle
Unipdu Jombang
2015-09-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/393
10.26594/diglossia.v7i1.393
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 7 No. 1 (2015): September
Diglossia; Vol 7 No 1 (2015): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/393/347
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/394
2020-07-09T02:18:46Z
diglosia:ART
PENDEKATAN PRAGMATIK DALAM MENERJEMAHKAN PERCAKAPAN
Fitriana, Irta
AbstrakPragmatik dapat menjadi salah satu pendekatan dalam penerjemahan. terutama dalam menerjemahkan ujaran atau percakapan. Pragmatik merupakan salah satu cabang ilmu bahasa (linguistik) yang berfokus pada makna kontekstual atau studi tentang makna pembicara. Dalam hal ini, makna pembicara merupakan pesan atau makna yang dimaksudkan. Pemikiran ini sejalan dengan konsep penerjemahan. Terjemahan dianggap sebagai fasilitator untuk membuat komunikasi antara dua orang dengan bahasa yang berbeda dapat saling memahami satu sama lain dengan baik. Memahami pragmatik dapat menjadi salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh siapa saja termasuk penerjemah. Kadang-kadang makna literal yang dihasilkan, belum menghasilkan hasil terjemahan yang maksimal. Sebuah kondisi praktis analisis bahasa diluar dari prinsip-prinsip struktural akan mendapatkan komunikasi yang efektif. Tulisan ini berisi beberapa pemikiran dan kontribusi pendekatan pragmatik dalam menerjemahkan percakapan. Kata kunci: terjemahan, pragmatik, percakapanAbstractPragmatics can be an approach in translation, especially in translating utterances or conversations. Pragmatics is a linguistic study focusing on the context or the study of speaker meaning. In this case, speaker meaning is considered as message or intended meaning. This proposition is in line the concept of translation. Translation is considered as a facilitator to make a communication between two people with different language understand well each other. Understanding pragmatics can be one of competencies should be exactly had by anyone learning language included a translator. Sometimes a literal meaning found has not produced a maximal result. A practical condition of language analysis which is out of structural principles will get an effective and efficient communication. This paper contains some consideration and contribution of pragmatics approach in translating conversation. Key words: translation, pragmatics, conversation
Unipdu Jombang
2015-09-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/394
10.26594/diglossia.v7i1.394
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 7 No. 1 (2015): September
Diglossia; Vol 7 No 1 (2015): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/394/348
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/395
2020-07-09T02:18:46Z
diglosia:ART
GAMBARAN KEHIDUPAN GEISHA DALAM NOVEL MEMOIRS OF A GEISHA KARYA ARTHUR GOLDEN (PENDEKATAN MIMETIK)
A'ini, Qurratul
Abstrak
Artikel ini adalah sebuah kritik sastra yang meneliti tentang gambaran kehidupan geisha dalam novel Memoirs of A Geisha karya Arthur Golden. Penelitian ini
fokus pada diskusi tentang gambaran kehidupan geisha yang terdapat dalam novel Memoirs of A Geisha yang mencakup 3 sisi kehidupan geisha, yaitu: tingkatan pelatihan, seni, dan gaya dari geisha dengan menggunakan pendekatan mimetic.
Tiga sisi kehidupan geisha yang terdapat dalam novel memiliki deskripsi yang sama seperti yang ada dalam realita. Namun, ditemukan juga perbedaan antara
gambaran yang terdapat di novel dan di realita, yaitu dalam penamaan maiko. Akhirnya, dengan menggunakan pendekatan mimetic gambaran kehidupan geisha digambarkan dengan baik dalam novel Memoirs of A Geisha, khususnya tingkatan
pelatihan, seni dan gaya geisha.
Kata Kunci : Gambaran, Kehidupan, Pendekatan Mimetik
Abstract
This article is a literary criticism that analyzed the portrayal of a geisha's life in
the novel Memoirs of A Geisha by Arthur Golden. This study focused on the discussion about the image of geisha
Unipdu Jombang
2015-09-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/395
10.26594/diglossia.v7i1.395
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 7 No. 1 (2015): September
Diglossia; Vol 7 No 1 (2015): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/395/349
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/396
2020-07-09T02:18:46Z
diglosia:ART
JENIS KESALAHAN YANG BIASA TERJADI DALAM KARANGAN BERBAHASA BAHASA JEPANG
Indrowaty, Sri Aju
Abstrak
Pengunaan berbagai bahasa menimbulkan berbagai kesalahan berbahasa, baik
disadari maupun tidak disadari. Kesalahan merupakan ciri dari pembelajaran. Namun demikian kesalahan dalam berbahasa sangat mengganggu dalam usaha
pencapaian tujuan bahasa yang baik. Penggunaan bahasa Jepang dalam penulisan,
terutama dalam sebuah karangan sering menimbulkan berbagai kesalahan.
Kata kunci : Kesalahan , Karangan, jenis kesalahan Bahasa Jepang
Abstrak
The use of some languages created verious language errors, whwther it was done consciously or not. Errors are characteristic of learning. Errors in speaking, however, is very disturbing in the way to achieve the objectives of language well.
The use of Japanese language in writing, especially in an essay often caused various errors.
Key words: errors, essay, kinds of Japanese errors
Unipdu Jombang
2015-09-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/396
10.26594/diglossia.v7i1.396
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 7 No. 1 (2015): September
Diglossia; Vol 7 No 1 (2015): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/396/350
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/397
2020-07-09T02:18:46Z
diglosia:ART
STRATEGI KESOPANAN YANG DIGUNAKAN OLEH KARAKTER KORA DALAM THE AVATAR: FILM THE LEGEND OF KORRA
Ilahia, Ifada Ziky
Abstrak
Penelitian ini membahas strategi kesantunan berbahasa yang dilakukan oleh Korra dalam film
Unipdu Jombang
2015-09-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/397
10.26594/diglossia.v7i1.397
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 7 No. 1 (2015): September
Diglossia; Vol 7 No 1 (2015): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/397/351
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/398
2020-07-09T02:18:46Z
diglosia:ART
ANALISIS PENERAPAN KAWAII-BUNKA SEBAGAI PRODUK JAPANESE POPULAR CULTURE PADA DESAIN KEMASAN PRODUK MAKANAN RINGAN DI JEPANG
Azizah, Siti
Abstrak
Jepang memiliki banyak ragam budaya. Mulai dari budaya tradisional yang dijaga
keasliannya sejak turun temurun maupun budaya-budaya modern yang lahir akibat pengaruh budaya dari negara lain. Budaya modern ini dinamakan budaya populer atau yang umum dinamakan Japanese Pop Culture. Japanese Pop Culture melahirkan beberapa budaya massal lainnya termasuk budaya Kawaii. Unsur kawaii tidak hanya memberikan kesan kekanak-kanakan tapi juga memberikan kesan feminin yang manis dan cantik. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan teori kawaii oleh Inuhiko Yomota dan teori Japanese Pop Culture oleh Timothy J. Craig untuk menganalisis penerapan kawaii bunka terhadap desain kemasan pada produk makanan ringan yang ada di Jepang. Data yang dikumpulkan sebanyak 38 data. Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan dari 38 data berupa kemasan produk makanan ringan dengan berbagai merek yang berhasil dikumpulkan semua kemasan makanan ringan tersebut menggunakan unsur kawaii pada desain kemasannya. Hal ini menunjukkan kecintaan masyarakat Jepang terhadap budaya kawaii ini sangat besar.
Kata Kunci: Japanese popular culture, kawaii-bunka, desain kemasan.
Abstract
Japan has many cultural diversities. They are starting from a traditional culture that
is hereditary preserved its authenticity to the modern cultures that are resulted from the cultural influence from other countries. This kind of modern culture is called popular culture or commonly called Japanese Pop Culture. Japanese Pop Culture produces other mass culture including Kawaii culture. Kawaii elements gives not only the impression of childish but also gives the impression of feminine and beautiful. This research is a descriptive qualitative research. It used the theory of kawaii by Inuhiko Yomota and the theory of Japanese Pop Culture by Timothy J. Craig to analyze the application of kawaii Bunka in packaging design of snack food products in Japan. The data collected were as many as 38 data. The results of the analysis showed that the 38 data which were in the form of packaging snack food products with different brands used kawaii elements for the design of the
packaging. It shows that the affection of Japanene people of kawaii culture is very big.
Key words: Japanese Popular Culture, Kawaii-bunka, Packaging Design.
Unipdu Jombang
2015-09-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/398
10.26594/diglossia.v7i1.398
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 7 No. 1 (2015): September
Diglossia; Vol 7 No 1 (2015): September
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/398/352
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/565
2020-07-09T02:18:08Z
diglosia:ART
GAYA BAHASA MARIO TEGUH DALAM EPISODE “JOMBLO MULIA” 8 JUNI 2014 Kajian Retorika LANGUAGE STYLE OF MARIO TEGUH IN “JOMBLO MULIA” ON JUNE 8, 2014 EPISODE Rhetorics Study
Qani'ah, Binti
AbstrakRetorika merupakan sebuah teknik pemakaian bahasa sebagai seni.Seni retorika bemacam-macam dan setiap penutur mempunyai kekhususan dalam memilih seni retorika dalam tuturannya. Mario Teguh sebagai seorang motivator juga menggunakan seni retorika tertentu. Seni retorika yang digunakan Mario Teguh meliputi gaya bahasa dan komunikasi nonverbal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan seni retorika yang berupa gaya bahasa dan komunikasi nonverbal yang digunakan Mario Teguh dalam tuturannya. Hasil penelitian menunjukkan gaya bahasa yang digunakan Mario Teguh meliputi gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat (klimaks, antiklimaks, antitesis, repetisi), berdasarkan langsung tidaknya makna (asindenton, polisindenton, eufimismus, pertanyaan retoris), dan bahasa kiasan yang meliputi majas personifikasi, sinekdoke, hiperbola, paradoks, metafora. Sebagai komunikasi nonverbal, Mario Teguh juga menerapkan faktor kinesik yang meliputi ekspresi wajah, gerakan tangan, penampilan dan postur; proksemik; dan paralingual.kata kunci : retorika, gaya bahasa, komunikasi nonverbal AbstractRhetoric is a technique of using language as an art. There are many kinds of the art of rhetoric and every speaker has his/her own specificity in selecting the art of rhetoric in his/her speech. Mario Teguh as a motivator also uses certain rhetorical art. The rhetoric arts used by Mario Teguh are language style and nonverbal communication. The purpose of this study was to describe the art of rhetoric which are in the form of language style and nonverbal communication used by Mario Teguh in his speech. The results showed that the language style used by Mario Teguh are language style which is based on the structure of the sentence (the climax, anticlimax, antithesis, repetition) and based on the direct or the absence of meaning (asyndeton, polisydenton, euphemisms, a rhetorical question). The figurative languages used are personification, sinecdoc, hyperbole, paradox, and metaphor. As nonverbal communication, Mario Teguh also applied kinesic factors which include facial expressions, hand gestures, performance and posture; proxemic; and paralingual.keywords: retorics, language style, nonverbal communication
Unipdu Jombang
2016-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/565
10.26594/diglossia.v7i2.565
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 7 No. 2 (2016): April
Diglossia; Vol 7 No 2 (2016): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/565/504
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/566
2020-07-09T02:18:08Z
diglosia:ART
APLIKASI PEMAHAMAN LINTAS BUDAYA DALAM PENERJEMAHAN ISTILAH BUDAYA DALAM NOVEL LINTANG KEMUKUS DINI HARI KARYA AHMAD TOHARI THE APPLICATION OF CROSS CULTURAL UNDERSTANDING IN TRANSLATING CULTURAL TERMS IN THE AHMAD TOHARI’S NOVEL ‘LINTANG KEMUKUS’
Prastiwi, Lestari Ika
AbstrakDewasa ini banyak sekali orang-orang asing yang mempelajari budaya yang bukan milik mereka. Adanya fenomena tersebut, maka muncullah suatu bidang ilmu yang khusus mengkaji tentang pemahaman lintas budaya dengan sebagai ilmu/ kajian yang melihat bagaimana cara masyarakat berkomunikasi dengan latar belakang budaya yang berbeda. Masyarakat pun memiliki cara tersendiri dalam menafsirkan budaya luar yang disesuaikan dengan budayanya sendiri. Dalam hal ini, penerjemahan memegang peran penting. Seorang penerjemah harus memperhatikan bahwa budaya merupakan bagian dari bahasa yang juga harus disampaikan maknanya. Penerjemahan istilah budaya dapat menggunakan beberapa teknik dan strategi. Dengan demikian, pemahaman lintas budaya dapat membantu dalam memberikan solusi dalam proses penerjemahan istilah-istilah budaya yang timbul.Kata kunci: budaya, pemahaman lintas budaya, penerjemahan AbstractNowdays, many people learn culture that is not theirs . The existence of the phenomenon, then a field of science that specifically examines cross-cultural understanding as a science that look at how people communicate with different cultural backgrounds appeared. The community has its own way of interpreting foreign cultures adapted to his own culture. In this case, the translation plays an important role. A translator must consider that culture is part of the language that must also be conveyed meaning. Translating the cultural terms can use some of the techniques and strategies. Thus, cross-cultural understanding can help in providing solutions in translating cultural terms.Keywords: culture, cross-cultural understanding, translation
Unipdu Jombang
2016-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/566
10.26594/diglossia.v7i2.566
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 7 No. 2 (2016): April
Diglossia; Vol 7 No 2 (2016): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/566/505
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/567
2020-07-09T02:18:08Z
diglosia:ART
STRUKTUR NARATIF ALA MARANDA DALAM LEGENDA UPACARA KASADA SUKU TENGGER – PROBOLINGGO MARANDA’S NARRATIVE STRUCTURE IN THE LEGEND OF KASADA CEREMONY OF TENGGER TRIBE- PROBOLINGGO
Andari, Novi
Bahalwan, Khaira Imandiena
Sastra lisan adalah bagian dari tradisi yang berkembang ditengah rakyat jelata yang menggunakan bahasa sebagai media utama. Folklor adalah kebudayaan yang diturunkan secara turun temurun oleh sekelompok masyarakat atau dalam suatu komunitas yang kolektif. Legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah dan cerita rakyat yang menceritakan tentang asal usul atau sejarah suatu tempat atau kegiatan masyarakat Legenda adalah produk dari sastra lisan yang memiliki struktur pembentuk yang dapat dianalisis untuk mencari makna keseluruhan. Terdapat banyak legenda di Indonesia yang sangat menarik untuk ditelaah dan terdapat banyak macam struktur pembentuk karya sastra. Dalam makalah ini obyek telaah yang diangkat adalah legenda Upacara Kasada oleh Suku Tengger yang ada di Kabupaten Probolinggo. Pisau analisis yang digunakan adalah Struktur Naratif ala Maranda yang memiliki konsep utama Terem dan Fungsi yaitu simbol yang dilengkapi dengan konteks kemasyarakatan dan kesejahteraan. Dengan demikian hasil analisis terhadap obyek telaah adalah berbentuk symbol-simbolKata kunci: sastra lisan , legenda, struktur naratif maranda AbstrakOral literature is part of a tradition that developes in the life of common people who use language as the main medium. Folklore is the culture inherited from generation to generation by a group of people or a collective community. Legend is the folklore of ancient times that has relation to the events of history and folklore that tells about the origin or history of a place or community activities. Legend is a product of oral literature that has a forming structure which can be analyzed to find the overall meaning. There are many legends in Indonesia which is very interesting to be analized and there are many kinds of forming structures of literary works. In this paper, we the object analized was the legend of Kasada Ceremony by the Tengger tribe in Probolinggo. The theory used to analyze is Narrative Structure by Maranda which has Terem and Functions as the main concepts meaning a symbol which is incorporating with social context and welfare. Thus, the results of the analysis of the object of study is in the form of symbols.keywords: folklor, legend, maranda’s narrative structure
Unipdu Jombang
2016-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/567
10.26594/diglossia.v7i2.567
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 7 No. 2 (2016): April
Diglossia; Vol 7 No 2 (2016): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/567/506
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/568
2020-07-09T02:18:08Z
diglosia:ART
BENTUK NILAI BUSHIDO DALAM NOVEL SAGA NO GABAI BAACHAN KARYA SHIMADA YOSHICHI BUSHIDO FORMS FOUND IN SHIMADA YOSHICHI’S NOVEL: SAGA NO GABAI BAACHAN
Rahayuningtyas, Putri
AbstrakBushido merupakan kode etik yang digunakan oleh samurai namun seiring dengan berjalannya waktu meluas hingga menjadi tradisi pada masyarakat Jepang. Nilai-nilai tersebut tampak pada karya sastra Jepang terutama novel yang mencerminkan kehidupan bangsa Jepang. Salah satu novel tersebut adalah Saga no Gabai Baachan yang bercerita mengenai perjuangan hidup masyarakat Jepang pada perang dunia dua. Novel ini dianalisis dengan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya bentuk-bentuk nilai bushido yakni : 1) Kejujuran memiliki bentuk, a) kejujuran dalam berkata,dan kejujuran dalam bersikap, 2) Keberanian memiliki bentuk, keberanian dalam mengakui kesalahan, dan dalam bersikap, 3) Kemurahan hati memiliki bentuk, a) simpati, b) kasih sayang, c) memberikan bantuan kemiskinan, dan d)memberikan bantuan dalam belajar, 4) Kesopanan memiliki bentuk kesopanan dalam bertingkah laku, 5) Kesungguhan memiliki bentuk kesungguhan dalam mewujudkan keinginan, 6) Kehormatan memiliki bentuk kehormatan yang berhubungan dengan nama baik, dan 7) Kesetiaan memiliki bentuk kesetiaan dalam kelompok.Kata kunci: nilai bushido, saga no gabai, bentuk AbstractBushido is an ethic code used by samurai, but over time it has expanded to become a tradition in Japanese society. Those values are shown in the work of Japanese literature, especially novels that reflect the lives of the Japanese people. One of the novels is Saga no Gabai Baachan which tells about the struggle of the Japanese people living in the world war two. This novel was analyzed using descriptive qualitative method. The results of this study showed the forms of values of bushido, namely: 1) The forms of honesty. They are: a) honesty in saying, and honesty in acting, 2) The forms of courage. They are: the courage to admit mistakes, and in attitude, 3) The forms of generosity. They are: a) sympathy, b) affection, c) provide poverty relief, and d) provide assistance in learning. 4) The form of modesty. It is decency in behavior, 5) The form of seriousness. It is seriousness in realizing the desire, 6) the form of honor. This form is associated with a good name, and 7) The form of loyalty. It is loyalty within the group.Key words: bushido value, saga no gabai, forms
Unipdu Jombang
2016-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/568
10.26594/diglossia.v7i2.568
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 7 No. 2 (2016): April
Diglossia; Vol 7 No 2 (2016): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/568/507
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/569
2020-07-09T02:18:08Z
diglosia:ART
DIKSI DAN GAYA BAHASA LAGU MARS PERGURUAN TINGGI SEBAGAI WUJUD KARAKTER BANGSA INDONESIA (SEMANTIK STILISTIKA) DICTION AND LANGUAGE STYLE IN UNIVERSITY MARCH SONG AS A CHARACTER PORTRAIT OF INDONESIA (STYLISTIC SEMATIC)
Pangastuti, Rosinta Anjar Prima
AbstrakLagu termasuk salah satu karya sastra yang terdiri dari rangkaian kata-kata indah dan disuarakan dengan nada-nada tertentu. Salah satu jenis lagu yang mempunyai karakteristik khas mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia adalah lagu-lagu mars perguruan tinggi. Karakteristik yang dimaksud adalah style atau gaya bahasa yang digunakan. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti diksi dan gaya bahasa dalam lagu mars perguruan tinggi. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan karakter bangsa Indonesia melalui diksi dan gaya bahasa pada lagu mars perguruan tinggi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif didukung oleh penelitian semantik stilistika. Dengan mendeskripsikan diksi dan gaya bahasa dalam lagu mars perguruan tinggi sebagai bentuk karakter bangsa Indonesia maka dihasilkan pendeskripsian, pilihan kata dalam bahasa Jawa, pilihan kata penggugah semangat , pilihan kata khas Indonesia, dan gaya bahasa metafora yang menunjukkan semangat untuk bangsa Indonesia.Kata kunci : diksi, gaya bahasa, karakter bangsa Indonesia AbstractThe song is one of the literary work consists of a series of beautiful words and voiced by certain tones. One type of songs that have distinctive characteristics reflect the personality of the Indonesian nation is a university march song. The characteristics meant in this case is language style applied. Therefore, the researcher is interested in examining the diction and language style in college. This research is aimed at describing characters of Indonesian people. This research applies descriptive qualitative approach supported by stylistic semantics. As the result, the language style used in march’s song are the description of Javanese diction, motivational words, Indonesian orinally words, and metaphors showing motivation and passion for the people of Indonesia. Key words: diction, language style, Indonesian national character
Unipdu Jombang
2016-04-01
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/569
10.26594/diglossia.v7i2.569
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 7 No. 2 (2016): April
Diglossia; Vol 7 No 2 (2016): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/569/508
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/646
2020-07-09T02:18:08Z
diglosia:ART
THE IMPORTANCE OF LISTENING SKILL AS THE FOUNDATION TO A GOOD COMMUNICATION
Maisarah, .
Maisarah Universitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum Jombang Inmai5@yahoo.com Abstrak Orang bijak mengatakan bahwa manusia memiliki dua telinga dan satu mulut, Secara filosofis, seseorang harus lebih banyak mendengar daripada berbicara. Dalam komunikasi, orang tidak hanya berbicara, tetapi yang lebih penting, mereka mendengarkan. Ketika seseorang berbicara, yang lain berinteraksi dengan memberikan respon. Respon ini tidak hanya secara verbal saja tetapi juga nonverbal. Sebelum mereka memberikan tanggapan, mereka harus mendengarkan agar dapat memberikan masukan. Masalahnya adalah keterampilan mendengarkan tidak sering diajarkan dalam pendidikan formal. Dalam beberapa hal, kurangnya kemampuan dalam mendengarkan dapat menyebabkan kesalahpahaman. Selain itu, mendengarkan bukanlah aktivitas pasif. Untuk menjadi pendengar yang aktif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu komunikasi nonverbal dan komunikasi verbal. Kemampuan yang baik dalam keterampilan mendengarkan dapat menciptakan dan mengelola hubungan yang baik dan menghasilkan pemahaman yang lebih baik pula. Kata kunci: Keterampilan mendengarkan, komunikasi verbal, komunikasi nonverbal Abstract Wise people said that human being has two ears and one mouth. Philosophically, people should listen more rather than speaking. In communication, people do not only speak, but more importantly, they are listening. While someone is speaking, the other is interacting by giving responses. The responses are not only verbal but also nonverbal. Before they give responses, they have to listen to be able to give feedbacks. The problem is that, listening skill is not often taught in formal education. In some ways, the lack of ability in listening can cause misunderstanding among others. Furthermore, listening is not a passive activity. Active listening can be done in two ways. Those are nonverbal communication and verbal communication. Good listening skill ability can create and manage a good relationship and generate a better understanding. Key words: listening skill, verbal communication, nonverbal communication
Unipdu Jombang
2016-04-04
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/646
10.26594/diglossia.v7i2.646
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 7 No. 2 (2016): April
Diglossia; Vol 7 No 2 (2016): April
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/646/556
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/666
2020-07-09T02:17:34Z
diglosia:ART
SIGNIFIKASI GESTURE DALAM KOMUNIKASI DAN INTERAKSI DENGAN ORANG JEPANG THE SIGNIFICANCE OF GESTURE IN COMMUNICATION AND INTERACTION WITH JAPANESE PEOPLE
YUSUF, YULIA PRATITIS
Yulia Pratitis YusufMAN Mojokertoyulia_yusuf@ymail.com AbstrakSebagai objek dalam kajian Sosiolinguistik, bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dalam masyarakat. Tidak hanya kata-kata atau bahasa Verbal saja yang harus kita perhatikan pada waktu berkomunikasi dengan orang lain. Ada bagian yang tidak kalah pentingnya untuk dicermati bila menginginkan komunikasi berjalan dengan lancar, yaitu memahami bahasa Non Verbal dari lawan bicara kita. Bahasa Non Verbal bisa berupa eye contact , Ekspresi wajah, Gesture, Suara dan sentuhan. Bahasa non verbal sangat signifikan kedudukannya dalam berkomunikasi, hal itu karena bahasa non verbal kadang lebih banyak “berkata atau berbicara” daripada bahasa verbal itu sendiri. Masyarakat Jepang sangat minim mengekspresikan perasaan yang sesungguhnya pada saat berkomunikasi. Pada umumnya orang Jepang bukanlah tipe yang ekspresif saat berbicara, artinya orang Jepang pandai menyimpan perasaan yang sesungguhnya, tetapi bukan berarti orang Jepang tidak melakukan bahasa non verbal dalam hal ini gesture sama sekali. Ada beberapa gesture yang sering digunakan oleh orang Jepang saat berkomunikasi. Gesture-gesture yang dilakukan mengandung makna yang harus dipahami oleh lawan bicara pada saat berkomunikasi, agar kita bisa memahami dan mengerti pemikiran orang Jepang, sehingga proses komunikasi dapat berjalan dengan efektif dan lancar.Kata Kunci: Gesture orang Jepang, Komunikasi AbstractAs an object in the study of Sociolinguistics, language is a tool for communication and interaction in society. It is not only words or verbal language that we should consider when communicating with others. There are some parts which are also important to be observed when we want the communication runs smoothly, namely understanding listener’s Non Verbal language. Non Verbal Language can be in the form of eye contact, facial expression, gesture, voice and touch. Non-verbal language has significant position in communication, it is because the non-verbal language is sometimes more of "say / talk" rather than the verbal language itself. Japanese society is very minimal to express their real feelings when they communicate. In general, the Japanese are not the type of expressive people when they are speaking, it means that thay are good at keeping the real feeling, but it does not mean that the Japanese do not do non-verbal language, in this case gesture. There are some gestures often used by Japanese people when they are communicating. The gestures they do contain meanings that must be understood by the other person or listener at the time of communicating, in order to understand and comprehend the Japanese’s mind, thus the process of communication with the Japanese people can run effectively and fluently.Keywords: Gesture of The Japanese, Communication
Unipdu Jombang
2016-09-29
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/666
10.26594/diglossia.v8i1.666
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 8 No. 1 (2016): September; 1-12
Diglossia; Vol 8 No 1 (2016): September; 1-12
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/666/571
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/668
2020-07-09T02:17:34Z
diglosia:ART
KETAKTERJEMAHAN DALAM PENERJEMAHAN UNTRANSLATABILITY IN TRANSLATION
NGAMELUBUN, MARIA M
Maria M. NgamelubunPoliteknik Perikanan Negeri Tualmgardis83@gmail.com. abstrakPenelitian ini mengkaji tentang ketakterjemahan yang terjadi dalam penerjemahan. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tentang ketakterjemahan, serta penyebab terjadinya dan cara mengatasinya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif karena mampu mendeskripsikan hasiltemuan penelitian yang berorientasi pada ketakterjemahan dalam penerjemahan. Data penelitian ini merupakan data pustaka. Penelitian ini juga merupakan studi kasus terpancang (embedded case study), karena terikat (terpancang) pada unit – unit analisisnya, yakni fokus atau tujuan utama dari penelitian ini telah ditentukan terlebih dahulu. Kemudian, fokus dan tujuan utama tersebut dituangkan ke dalam rumusan masalah dan tujuan penelitian, sehingga peneliti tetap terfokus . Teknik pengumpulan data dilakukan dengan analisis dokumen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketakterjemahan terjadi disebabkan oleh perbedaan susdut pandang, mental set dan ketiadaan padanan, khususnya budaya. Dan salah satu cara mengatasi atau menghindari ketakterjemahan adalah dengan memberikan deskripsi pada kata yang tidak memiliki padanan.Kata kunci: ketakterjemahan, sudut pandang, set mental, padanan, deskripsi. abstractThis research studies about untranslability in translation. This translation aims to describe about untranslability, its cause and the way to overcome this problem.The method which is used in this research is qualitative descriptive because thsi method able to describe research findings that is oriented in translation. The data of this research is library research. This research is also embedded case study, because this research is embedded to units analysis that are focus and main purpose of this research has been determined frst. Then, those focus and main purpose compiled into problem statements and purpose of the research. So that, the writer always focused and referred to the problem which are formulated. The technique in collecting the data is done by analyzing document. The result shows the untranslability occurs because of different opinion, mental set and no equivalent, particularly in culture. And no one of the way to overcome and to avoid untranslability is by giving description on the word which does not have equivalent.Keyword: untranslability, point of view, mental set, equivalent, description.
Unipdu Jombang
2016-09-19
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/668
10.26594/diglossia.v8i1.668
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 8 No. 1 (2016): September; 13-20
Diglossia; Vol 8 No 1 (2016): September; 13-20
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/668/572
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/669
2020-07-09T02:17:34Z
diglosia:ART
PENGGUNAAN PARTIKEL HA (?) DALAM BAHASA JEPANG THE USE OF HA (?) PARTICLE IN JAPANESE
INDROWATY, SRI AJU
Sumarlam, Sumarlam Sumarlam
Sri Aju IndrowatyUniversitas Brawijayaayumirza9220@gmail.com Sumarlam Universitas Sebelas Maret Surakartasumarlamwd@gmail.com AbstrakBahasa Jepang terdapat banyak sekali partikel satu diantaranya adalah ha (?) dan bukan (?). Seringkali pembelajar awal bahasa Jepang kesulitan dalam menerjemahkan arti partikel ha (?) dan menjelaskan fungsinya pada buku wajib semester awal di perkuliahan yaitu Minna no Nihongo 1 dan Minna no Nihongo 2. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fungsi, arti dan bagaimana pemakaian partikel ha (?) bahasa Jepang. Penelitian ini meggunakan metode deskriptif kualitatif karena merupakan pendekripsian dari fungsi dan arti juga pemakaian partikel ha (?). Dari hasil analisis data, dapat dihasilkan partikel ha (?) apabila dipadankan sesuai dengan pendapat ahli, dalam bahasa inggris biasanya memakai to be (am, is, are) dan to be bentuk lampau (was,were). Partikel ha (?) bisa juga ditandai dengan terjemahan bahasa inggris yang memakai tense, present tense dan past tense. Dengan adanya persamaan khususnya fungsi dan pemakaian partikel ha (?) dengan to be bahasa inggris ini, akan memudahkan pembelajar pemula bahasa Jepang untuk lebih mengerti, sehingga dapat meningkatkan prestasi pengetahuan bahasa Jepang.Kata kunci: partikel ha (?), fungsi, makna, to be AbstractJapanese has many particles, one of them is ha (?) and not (?). Some beginner level students got difficulties in interpreting the meaning of ha (?) particle and explaining its function in Minna no Nihongo 1 and Minna no Nihongo 2 textbooks at the first semester. This research is aimed at explaining the function, meaning and the use of ha (?) particle in Japanese. This research is a kind of descriptive qualitative research. After analysis, it is shown that ha (?) particle compared to English is usually known as to be (am, is, are) and to be in the past tense (was, were). this (?) particle can also be marked with the English translation that uses tenses, present tense and past tense. By understanding the function, meaning and the use of this particle, beginner level students will easily get better understanding, so they can improve their achievement in learning Japanese. Keyword : ha (?) particle, function, meaning , to be
Unipdu Jombang
2016-09-19
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/669
10.26594/diglossia.v8i1.669
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 8 No. 1 (2016): September; 21-34
Diglossia; Vol 8 No 1 (2016): September; 21-34
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/669/573
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/670
2020-07-09T02:17:34Z
diglosia:ART
IMPLEMENTASI LEKSIKOGRAMATIKA TERHADAP HUBUNGAN SOSIAL ANTAR PELIBAT WACANA DALAM TEKS EDITORIAL TEKS: THE JAKARTA POST THE IMPLEMENTATION OF LEXICOGRAMMATICA TO THE SOCIAL RELATIONSHIP AMONG DISCOURSE ELEMENTS IN AN EDITORIAL TEXT: THE JAKARTA POST
QANIAH, BINTI QANIAH
Binti Qani’ahUniversitas Pesantren Tinggi Darul Ulum JombangBinty_willbe@yahoo.co.id abstrakHubungan sosial selalu dibutuhkan oleh semua partisipan dalam sebuah masyarakat. Mereka berinteraksi satu sama lain untuk mendapatkan tujuan mereka, tujuan positif atau tujuan negatif. Penggunaan leksikogramatika akan mengekspresikan apa yang mereka inginkan di dalam sebuah masyarakat. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui hubungan sosial antara penulis dan pembaca dalam teks editorial The Jakarta Post yang memuat capres Joko Widodo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan sosial antara penulis dan pembaca tidak sejajar yang direaliasisikan oleh Status. Identifikasi ini menunjukkan bahwa hubungan penulis lebih tinggi posisinya dibanding pembaca yang ditunjukkan oleh 74 data sistem klausa deklaratif dan 74 data proposisi. Sementara itu, hubungan sosial antara penulis dan tokoh dalam teks ini sangat erat, direalisasikan oleh afek. Terdapat nilai positif terhadap tokoh dalam teks yang ditunjukkan 8 data polaritas dengan kata emotif dan 10 data modalisasi. Pernyataan ini diperkuat dengan hasil wawancara dengan penulis yang telah membenarkan dukungannya terhadap tokoh dalam teks.Kata kunci: teks editorial The Jakarta Post, hubungan sosial, status, dan afek abstractThe social relationship is always needed for all participants in the society. They interact each other to have their own purposes, negative purposes or positive purposes.Using lexicogrammar can express what they want in their society. This is a qualitative research. The purpose of this research were to find social relationships between a writer and readers in editorial text of The Jakarta Post. The results of the research showed that the social relationship between a writer and readers were not balance realized by status. It indicated that a writer had a higher position than readers showed by 74 data of declarative clauses and 74 data of propositions. Meanwhile, social relationship between a writer and a figure in this text were very close realized by affect. A writer assessed a figure in the text positively shown 8 data of polarity with emmotive words and 10 data of modalizations. The results of the research were supported by the results of an interview with a writer who supported a figure in the text.Key Words: Editorial text of The Jakarta Post, social relationship, Status, dan Affect.Kata kunci: The Jakarta Post editorial text, social relationship, status, and affect
Unipdu Jombang
2016-09-18
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/670
10.26594/diglossia.v8i1.670
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 8 No. 1 (2016): September; 32-43
Diglossia; Vol 8 No 1 (2016): September; 32-43
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/670/574
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/671
2020-07-09T02:17:34Z
diglosia:ART
SEMANGAT KEBEBASAN BERPENDAPAT DALAM NOVEL KEINDAHAN DAN KESEDIHAN (UTSUKUSHISATO KANASHIMITO) KARYA YASUNARI KAWABATA (KAJIAN HISTORISISME) THE SPIRIT OF FREEDOM TO SPEAK IN KEINDAHAN DAN KESEDIHAN NOVEL (UTSUKUSHISATO KANASHIMITO) BY YASUNARI KAWABAT
ROKHMAWATY, YUSNIAH ROKHMAWATY
Yusniah RokhmawatiSMAN 1 Probolinggo Kotayusniasensei@yahoo.com AbstrakSetelah perang dunia kedua situasi sosial di Jepang berubah. Dari sebelumnya adalah negara feodal menjadi negara yang demokrasi liberal dimana kebebasan individu sangat dijunjung tinggi. Begitu pula dalam karya sastra. Novel Keindahan dan Kesedihan karya Yasunari Kawabata adalah novel yang sangat kental dengan semangat kebebasan berpendapat. Melalui kajian historisisme dapat disimpulkan bahwa semangat zaman setelah perang dunia kedua sangat mempengaruhi penulisan novel tersebutKata kunci : Kesejarahan, kebebasan-individu, semangat zaman AbstractAfter the second world war, the social situation in Japan was changed. Previously it was feudal country then it became a liberal democratic country where individual freedom was appresiated. Similarly, it happened in literary work. Keindahan dan Kesedihan novel by Yasunari Kawabata is a novel which is full of the spirit of freedom to speak. Through the study of historicism it can be concluded that the spirit of the age after the Second World War greatly influenced the writing of the novelKeywords: Historical, individual freedom, the spirit of the age
Unipdu Jombang
2016-09-19
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/671
10.26594/diglossia.v8i1.671
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 8 No. 1 (2016): September; 44-56
Diglossia; Vol 8 No 1 (2016): September; 44-56
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/671/575
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/672
2020-07-09T02:17:34Z
diglosia:ART
Ungkapan-Ungkapan Penting dalam Public Speaking Important Expressions in Public Speaking
Maisarah, Maisarah
AbstractDalam keseharian, banyak orang sering dihadapkan pada kesempatan untuk berbicara di depan umum, terlebih ketika mereka telah terjun di masyarakat. Namun, pada kenyataannya dalam permulaan ketika berbicara di muka umum (public speaking), mereka sering kali menemui kesulitan. Kesulitan tersebut tampak pada penyusunan kalimat ataupun struktur dari materi yang akan disampaikan. Hal tersebut nantinya dapat berimbas pada kepercayaan diri yang menurun saat tampil. Artikel ini berisi tentang ungkapan-ungkapan yang dapat digunakan dalam mempelajari Public Speaking antara lain: opening/ pembukaan (welcoming/ salam pembuka), introducing topic/ memperkenalkan topik, signposting/ outlining), making transition between ideas/ memberi ungkapan transisi diantara ide-ide, emphasizing points/ menekankan ide-ide, inviting participation and discussion/ mengundang partisipasi dan diskusi, clarifying other’s comments/ mengklarifikasi pendapat orang lain, emphasizing points/ menekankan suatu hal, giving examples/ memberi contoh-contoh, summarizing and concluding/ merangkum dan menyimpulkan dan interrupting or rejecting conversation/ menginterupsi atau menyela percakapan. Dengan adanya ungkapan-ungkapan penting tersebut, diharapkan dapat menjadi panduan untuk melakukan sebuah presentasi yang efektif dan membantu dalam memperbaiki kemampuan berbicara di depan umum.Kata Kunci: ungkapan, public speaking, presentasi AbstractIn everyday life, People are often faced with the opportunity to speak in public, especially when they have entered the community. However, in reality the process as a beginner in speaking in public (public speaking), they often encounter difficulties. The difficulty appears on the preparation of a sentence or the structure of the material to be delivered. This article contains expressions that can be used in studying public speaking. There are so many expressions presented in a particular topics including opening (welcoming, introducing topic, signposting/ outlining), making transition between ideas, emphasizing points, inviting participation and discussion, clarifying other’s comments, emphasizing points, giving examples, interrupting or rejecting conversation and summarizing and concluding. With the existence of these important phrases, is expected to be a guide for doing an effective presentation and helping people to improve their public speaking ability. Keywords: expression, public speaking, presentation
Unipdu Jombang
2017-04-14
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/672
10.26594/diglossia.v8i1.672
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 8 No. 1 (2016): September; 57-68
Diglossia; Vol 8 No 1 (2016): September; 57-68
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/672/576
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/672/623
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/672/624
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/692
2020-07-09T02:13:36Z
diglosia:ART
Ekspresi Verbal Siswa Latah di Sma Negeri 1 Sukoharjo
Fitriani, Nurul Hidayah
Kurniawati, Fitria
Sumarlam, Sumarlam
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bentuk-bentuk ekpresi verbal pada siswa latah di SMA Negeri 1 Sukoharjo dan faktor penyebab siswa berperilaku latah. Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif dengan sumber data berupa kalimat-kalimat yang diucapkan ketika siswa mengalami kelatahan dan transkrip hasil wawancara terkait faktor penyebab kelatahan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi. Subjek yang diteliti adalah seorang siswa SMA Negeri 1 Sukoharjo yang bernama Andra. Peneliti menggunakan pendekatan psikolinguistik dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal berikut: (1) perilaku latah yang ditampilkan informan termasuk jenis latah ekolalia dengan ekspresi verbal berupa kalimat-kalimat karena memiliki intonasi akhir, (2) faktor yang menyebabkan informan berperilaku latah adalah faktor lingkungannya, khususnya teman sebaya. Timbulnya perhatian dan stimulus yang berlebihan membuat informan berperilaku latah dan terus mengucapkan lingual yang diucapkan mitra tuturnya secara berulang-ulang.
Unipdu Jombang
2019-12-05
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/692
10.26594/diglossia.v10i2.692
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 10 No. 2 (2019): April; 87-95
Diglossia; Vol 10 No 2 (2019): April; 87-95
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/692/956
Copyright (c) 2019 Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/694
2020-07-09T02:13:36Z
diglosia:ART
Analysis of Verbal Pattern Sentence Children with Autism
Mahsa, Masithah
Ariance, Fabio Testy
Sumarlam, Sumarlam
In this paper discusses about one of the difficulties with language in autistic children that is in the use of sentence patterns orally. The purpose of this study was to determine the form of oral sentence patterns used or possessed by children with autism. Sources of data in this study is autistic children in the SDLP Cangakan Karanganyar with data’s in the form of speech or verbal language. Data collection techniques used in this study is a method of speech and methods of listened. Then, an advanced technique used is the technique of recording and written. Data analysis techniques performed by following three stages, namely: (1) data reduction phase, (2) the stage presentation of data, and (3) stages of inference or verification. Oral forms of sentence patterns of autistic children generally simple or quick-factly, and oral language skills of children with autism depends on the level of autism suffered.Keywords: children with autism, the oral sentence patterns.
Unipdu Jombang
2019-12-05
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/694
10.26594/diglossia.v10i2.694
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 10 No. 2 (2019): April; 96-107
Diglossia; Vol 10 No 2 (2019): April; 96-107
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/694/955
Copyright (c) 2019 Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/696
2020-07-09T02:13:36Z
diglosia:ART
Analisis Bahasa Lisan Pada Anak Autis (Studi Kasus Pada Rifqie Faza Adji Mahardika, Siswa SMA Al-Firdaus Surakarta)
Setyawan, Arief
Perdana, Riza
Sumarlam, Sumarlam
Artikel ini membahas salah satu kesulitan dalam berbahasa lisan pada anak autis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk bahasa lisan yang dipakai atau dimiliki oleh anak autis. Sumber data dalam penelitian ini adalah seorang anak penderita autis di SM Al-Firdaus Surakarta, dengan datanya berupa tuturan atau bahasa lisan. Metode SSR (Single Subject Research) digunakan sebagai teknik pengumpulan data penelitian. Kemudian, teknik lanjutan yang digunakan adalah teknik rekam dan teknik catat. Teknik analisis data dilakukan dengan mengikuti tiga tahapan, yaitu: (1) tahap reduksi data, (2) tahap penyajian data, dan (3) tahapan penyimpulan atau verifikasi. Bentuk bahasa lisan anak autis umumnya ringkas tanpa berbelit-belit, dan kemampuan berbahasa lisan anak autis bergantung pada tingkatan autis yang dideritanya. Kata kunci: anak autis, bahasa lisan, SM Al-Firdaus Surakarta. ABSTRACTThis article discusses one of the difficulties in oral language in children with autism. The purpose of this study was to determine the form of spoken language that is used or held by children with autism. Sources of data in this study is an autistic child in SM Al-Firdaus Surakarta, with the data in the form of speech or verbal language. Methods SSR (Single Subject Research) was used as research data collection techniques. Then, an advanced technique used is the technique of recording and written. Data analysis techniques performed by following three stages, namely: (1) data reduction phase, (2) the stage presentation of data, and (3) stages of inference or verification. Oral forms languages of autistic children generally quick-factly, and oral language skills of children with autism depends on the level of autism suffered. Keywords: children with autism, the oral language, SM Al-Firdaus Surakarta.
Unipdu Jombang
2019-12-05
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/696
10.26594/diglossia.v10i2.696
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 10 No. 2 (2019): April; 108-116
Diglossia; Vol 10 No 2 (2019): April; 108-116
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/696/954
Copyright (c) 2019 Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan
oai:ojs.test1.journal.unipdu.ac.id:article/846
2018-12-27T03:51:42Z
diglosia:ART
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/848
2020-07-09T02:17:06Z
diglosia:ART
Lirik Lagu First Love Dan Prisoner of Love Oleh Utada Hikaru Dalam Analisis Wacana Kritis
Indrowaty, Sri Aju
Sumarlam, Sumarlam
AbstrakLagu adalah sesuatu yang membuat pendengar menjadi terhibur, apalagi bila lagu itu mempunyai tema yang tak lekang oleh masa yaitu tema Cinta. Pada Japan Pop atau J-Pop nama Utada Hikaru merupakan penyanyi pop dan pencipta lagu yang tidak asing lagi. Disamping itu termasuk bintang besar di Jepang. Sangat menarik apabila teks lagu dari penyanyi ini dianalisis melalui analisis wacana kritis (Anawa). Artikel ini bertujuan untuk memaparkan analisis teks lagu first love dan Prisoner of love oleh Utada Hikaru dan bagaimana unsur kognisi sosial dan konteks yang terdapat dalam kedua lagu tersebut. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan (library research). Simpulan dari Analisis wacana kritis pada riset mini ini yaitu Tema pada kedua lagu kenangan dan kekaguman kepada orang yang dicintai. Sedang kognisi sosial lebih menekankan bahwa menikah muda bukan suatu halangan untuk berkarir, sedang konteks sosial kekaguman kepada penyanyi yang bilingual yaitu bisa berbahasa Jepang dan Bahasa Inggris.Keyword : Analisis wacana kritis, lirik lagu, kognisi sosial, konteks AbstractThe song is something to entertain the listener, especially love songs. A famous Japan Pop, Utada Hikaru is a big star in Japan. It will be very interesting to analyze the song lyrics using critical discourse analysis. This study is aimed at explaining the analysis of song texts of Utada Hikaru’s songs, first love and prisoner and how the elements of social cognition and context existed in those songs. By using descriptive qualitative research, there were some conclusions taken. The conclusion of critical discourse analysis in this mini research is the theme on both songs of memories and admiration to loved ones. Medium social cognition more suppressed young married is not an obstacle to a career, is the social context of admiration for bilingual singers that can be watched Japan and English.Keywords: critical discourse analysis, song lyrics, social cognition, context
Unipdu Jombang
2019-11-27
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/848
10.26594/diglossia.v8i2.848
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 8 No. 2 (2017): April; 121-138
Diglossia; Vol 8 No 2 (2017): April; 121-138
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/848/947
Copyright (c) 2019 Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/861
2020-07-09T02:17:06Z
diglosia:ART
Postcolonialism in Africa Based on Colonialism Analysis in Chinua Achebe's Things Fall Apart
Yusuf, Adi
AbstractOne of the interesting things in the study of literary works is to explore the representation of a literary work itself to the culture of real life. More specifically, when it is related to the history – in this case, the condition of precolonial, colonial, and postcolonial times. This article discusses postcolonialism analysis on Things fall Apart by Achebe. The method used in this study is descriptive qualitative. It is found that the novel represents “precolonial tribal” life in Africa: earning a living by farming land and keeping the cattle, diverse cultural backgrounds including belief of traditional religion. Then, the things lost as a result of colonial contact are “religious practice and government”. Then, Colonizers’ strategies in indoctrinating the native population to their way of thinking include building a school, convincing the society of the importance of education for the future generation, and building the court for judgement and protection. There are some reasons that make colonizers’ successful, they are: they make mutual benefit of trading, use a soft way to spread the belief, and use an innovative way to link the religion and the education. Furthermore, after colonialism, Africa experiences mixed reaction of religious practice, education becomes the key to get success in career, two ways of healers: the traditional African healers i.e. “using ritual and herbal remedies and modern cures, hospital, and the establishment of Courts of Justice and Human Rights”.Keywords: precolonial life, positive effects, negative effects, postcolonialism. AbstrakSalah satu hal yang menarik dalam studi karya sastra ialah mengeksplorasi representasi karya sastra itu sendiri dengan budaya kehidupan nyata, lebih khusus lagi, ketika dikaitkan dengan sejarah - dalam hal ini, kondisi pada saat pra-kolonial, kolonial, dan postkolonial. Artikel ini bertujuan untuk membahas tentang postkolonialisme pada novel Things Fall Apart oleh Achebe. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif qualitative. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa novel tersebut merepresentasikan kehidupan suku “precolonial di Afrika”: mencari nafkah dengan bertani dan memelihara binatang ternak, latar belakang budaya yang beragam termasuk keyakinan agama tradisional. Hal-hal yang hilang/ negatif akibat dari kontak kolonial pada penduduk asli yaitu “praktik agama dan pemerintahan”. Ada tiga strategi yang dilakukan oleh penjajah dalam mengindoktrinir penduduk asli terhadap cara berpikir mereka antara lain: “membangun sebuah sekolah, meyakinkan masyarakat akan pentingnya pendidikan bagi generasi masa depan, dan membangun pengadilan untuk mencari keadilan dan perlindungan”. Penjajah sukses karena mereka mengadakan “perdagangan yang saling menguntungkan, menggunakan cara yang lembut untuk menyebarkan keyakinan, dan menggunakan cara yang inovatif untuk menghubungkan antara agama dan pendidikan”. Beberapa efek dari kolonialisme tersebut antara lain: (1) terdapat beberapa agama di Afrika, (2) pendidikan menjadi kunci untuk mendapatkan kesuksesan dalam karir, (3) ada dua cara penyembuhan: (1.penyembuhan tradisional Afrika yaitu menggunakan ritual dan herbal, dan 2. obat modern, rumah sakit), dan (4) pendirian Pengadilan Hukum dan Hak Asasi Manusia.Kata Kunci: kehidupan prekolonial, efek negatif, efek positif, postkolonial
Unipdu Jombang
2017-04-18
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/861
10.26594/diglossia.v8i2.861
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 8 No. 2 (2017): April; 69-83
Diglossia; Vol 8 No 2 (2017): April; 69-83
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/861/946
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/862
2020-07-09T02:17:06Z
diglosia:ART
Penguakan Makna Ideasional pada Teks Lagu Mars Unipdu dalam Kacamata Sistemik Fungsiona Linguistik (SFL)
Qaniah, Binti Qaniah
Binti Qani’ahUniversitas Pesantren Tinggi Darul Ulum JombangBinty_willbe@yahoo.co.id AbstrakLagu mars Unipdu merupakan lagu kebanggaan bagi loyalis dan mahasiswa Unipdu. Sayangnya, kebanyakan dari mereka kurang memahami secara mendalam makna mars Unipdu. Makna mendalam dari mars Unipdu dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan Systemic Functional Linguistics (SFL).Penelitian menggunakan teknik trianggulasi data. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk lebih mengetahui tujuan dan makna mars Unipdu secara implisit. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa proses transitivitas dominasi proses perilaku 5 data atau 72%. Proses ini terdiri dari 1 data atau 14% proses perilaku verbal dan 4 data atau 58% proses perilaku mental. Proses ini menunjukkan bahwa Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang membina, mewujudkan, dakwah dan mencetak insan, tidak hanya sekedar bicara tetapi juga memberi contoh yang baik. Selanjutnya, proses mental terdiri dari 1 data atau 14%. Proses ini menunjukkan bahwa harapan untuk mendapatkan ridlo Allah menjadi jantung untuk mencetak insan yang bertakwa. Sementara itu, proses relasional identifikasi terdapat juga 1 data atau 14%. Hal ini mengindifikasikan bahwa Pancaran sinar Darul Ulum itu mempunyai pengaruh dalam pengembangan ilmu agama, intelektualitas, dan pengetahuan. Secara umum Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) mempunyai peranan aktif dalam mencetak insan yang bertakwa.Kata Kunci: Lagu mars Unipdu, proses transitivitas, insan AbstractThe song of mars Unipdu is the song for unipdu loyalis and students. Unfortunately, Most of them lack of understanding the deep meaning of mars Unipdu. The deep meaning of mars Unipdu can be known by using Systemic Functional Linguistics (SFL) approach.This research used data trianggulation techniques. The purpose of this study was to know more the aim and meaning of Unipdu mars implicitly. The result of this study showed that the transitivity processes are dominated by behavioural process, 5 data or 72%. It contained 1 data or 14% for verbal behavioural process and 4 data or 58% for mental behavioural processes. This processes indicated that Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang educated, actualized, and created students, It was not only by saying but also giving good behaviors. Then, mental process consisted of 1 data or 14%. This process showed that the hopes to have Allah’s “ridlo” became a heart for creating “takwa’ students. Meanwhile, Identifying relational process had 1 data or 14%. It indicated that rays of Darul Ulum had effects in developing of religions, intellectualities, and knowledges.Generally, Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum (Unipdu) Jombang had active roles in creating “takwa” students. It related to Allah’s “ridlo”.Key words: The song of mars Unipdu, Transitivity process, and students
Unipdu Jombang
2017-04-18
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/862
10.26594/diglossia.v8i2.862
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 8 No. 2 (2017): April; 84-96
Diglossia; Vol 8 No 2 (2017): April; 84-96
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/862/628
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/863
2020-07-09T02:17:06Z
diglosia:ART
Tindak Ilokusi Ekspresif dan Prinsip Kesantunan Dalam Program Nippon Housou Kyoukai World
Aziz, Mohammad Faizal Fuad
AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengaji tindak ilokusi?ekpresif yang merepresentasikan prinsip kesantunan dalam program NHK World. Penelitian tindak ilokusi ekspresif ini berlandaskan pada teori Leech (1993). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah rekaman program NHK World. Data pada penelitian ini berupa tuturan-tuturan yang mengandung tindak ilokusi ekspresif. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak dan catat. Tindak ilokusi ekspresif terdiri dari ucapan terima kasih, permintaan maaf, dan rasa senang. Klasifikasi tersebut direpresentasikan dalam empat maksim kesantunan yaitu kerendah hatian, pujian, kesepakatan, dan simpati.Kata Kunci : tindak Ilokusi Ekspresif, prinsip kesantunan AbstractThis study aims to assess information about expressive illocutionary acts that represent the principles of politeness in the NHK World program. Research based on the theory of Leech (1993). This is research of qualitative. In this research used method of descriptive analysis. And this research source of data is a recording NHK World program. While the data in this study are utterances containing expressive illocutionary acts. Data collection technique which used by observing method. Acts of illocutionary expressive consists of acknowledgments, apologies, and pleasure. The classifications represented in four maxims of politeness, that maxim humility, praise, agreement, and sympathy.Key Words : expressive illocutionary acts, politeness.
Unipdu Jombang
2017-04-18
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/863
10.26594/diglossia.v8i2.863
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 8 No. 2 (2017): April; 97-108
Diglossia; Vol 8 No 2 (2017): April; 97-108
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/863/629
oai:ojs.pkp.sfu.ca:article/864
2020-07-09T02:17:06Z
diglosia:ART
Penerapan Hukum Epik Ala Axel Olrik Dalam Dongeng Jepang Berjudul Mizuumi No Kegyo (Ikan Aneh Dalam Danau)
Rahayuningtyas, Putri
AbstrakStruktur cerita dalam cerita rakyat umumnya terikat pada hukum yang sama. Hukum-hukum dalam sebuah cerita disebut dengan hukum epic ala Axel Olrik. Terdapat tiga belas hukum epos Ala Axel Orik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti penerapan hukum epic Ala Axel Olrik dalam dongeng Jepang berjudul Mizuumi No Kegyo (Ikan Aneh dalam Danau). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan struktur cerita dalam dongeng Jepang. Dongeng ini dianalisis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini ada enam hukum epik Ala axel Orlic yakni: 1) hukum pembukaan dan penutup, 2) hukum-hukum penggulangan, 3) hukum pentingnya tokoh-tokoh yang keluar pertama dan keluar terakhir, 4) hukum penggunaan adegan-adegan tablo, 5) hukum kesatupaduan rencana cerita, dan 6) hukum pemusatan pada tokoh utama. Struktur cerita dalam dongeng Mizuumi no Kegyo (Ikan Aneh dalam Danau) yaitu memiliki dua pola segitiga tak beralas dan garis menanjak.Kata kunci : hukum epic Axel Olrik, Dongeng, Struktur AbstractThe structure of stories in folklore is generally tied to the same law. The laws in a folklore is known by Axel Olrik's epic laws. Axel Olrik’s epic laws are consists of thirteen epic laws. Therefore, the researchers are interested to examine the application of Axel Olrik's epic laws in the Japanese fairy tale entitled Mizuumi No Kegyo (Ugly Fish in the Lake). The purpose of this research is describe the story structure in Japanese fairy tales.This fairy tale was analyzed using descriptive qualitative method. The results of this study are six Epic Laws of Axel Orlic, namely: 1) the laws of opening and closing, 2) the laws of reptition, 3) the law of the importance of the first and last outgoing figures, 4) the law of the use of tableaux scenes 5 ) The law of the unity of the plot, and 6) the law of the concentration on a leading character. The structure of the story in the fairy tale Mizuumi no Kegyo (Ugly Fish in the Lake) that has two unwarranted triangular patterns and uphill lines. Keywords: Axel Olrik's epic law, Folklore, Structure
Unipdu Jombang
2017-04-18
info:eu-repo/semantics/article
info:eu-repo/semantics/publishedVersion
Peer-reviewed Article
application/pdf
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/864
10.26594/diglossia.v8i2.864
Diglossia: Jurnal Kajian Ilmiah Kebahasaan dan Kesusastraan; Vol. 8 No. 2 (2017): April; 109-120
Diglossia; Vol 8 No 2 (2017): April; 109-120
2528-6897
2085-8612
eng
http://journal.unipdu.ac.id/index.php/diglosia/article/view/864/630
25c54475738455b8e1774b4a890f1e78